Hidup Rohani vs Kedagingan

“Are you so foolish? After beginning with the Spirit, are you now trying to attain your goal by human effort?” (Gal. 3:3).

Bagaimana melanjutkan perjalanan untuk mencapai kedewasaan rohani bukan dengan menggunakan kekuatan atau cara manusia? Bagaimana mencapai tujuan hidup saya dengan hidup di dalam Roh Kudus? Seperti apakah kehidupan orang yang hidup di dalam dan dengan kekuatan Roh Kudus–bukan di dalam dan dengan kekuatan kedagingannya?

Warren Wiersbe menulis tanggung jawab orang percaya yang telah menerima dan memiliki Roh Kudus di dalam hidupnya sebagai berikut:

The Christian should walk in the Spirit (Gal. 5:16, Gal. 5:25) by reading the Word, praying, and obeying God’s will … Believers should be filled with the Spirit (Eph 5:18-21), which simply means “controlled by the Spirit.” This is a continuous experience, like drinking water from a fresh stream (Joh 7:37-39).

Yang paling mendasar dari berjalan di dalam Roh Kudus adalah: persekutuan pribadi dengan Tuhan melalui Firman dan doa, dan ketaatan kepada kehendak Tuhan sebagai responnya.  Berikutnya adalah: penyerahan kehidupan dari hari ke hari di bawah pengendalian dan otoritas Roh Kudus.

Saat teduh, rehungan harian, ibadah pribadi–apapun namanya, itu lebih dari sekedar membaca dan berusaha memahami prinsip-prinsip kehidupan. Namun itu manifestasi dan jalan untuk mengalami kehidupan rohani–kehidupan di dalam Roh Kudus, dan bukan duniawi atau kedagingan.

Kedagingan bukan selalu berarti hidup di dalam dosa, namun berusaha menjalani kehidupan ini dengan kekuatan manusia sendiri, dengan cara manusia sendiri–sekalipun untuk mencapai tujuan Allah.

Views: 13

This entry was posted in Galatia, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *