Ezra 4:1-4
Penduduk negeri, yaitu mereka yang tinggal di tanah perjanjian ketika umat TUHAN dibuang ditambah orang-orang yang didatangkan oleh orang Asyur. Penduduk yang dulu bagian dari kerajaan Samaria telah bercampur dengan bangsa-bangsa lain. Mereka adalah orang-orang di luar suku Yehuda dan Benyamin. Mereka menyatakan bahwa mereka menyembah Allah Israel dan selalu mempersembahkan korban kepada-Nya (ayat 1-2).
Ketika mereka tahu bahwa umat TUHAN yang pulang dari pembunagan itu hendak membangun kembali Bait Allah, mereka mendekati para pemimpin umat TUHAN agar dilibatkan untuk turut membangun bersama-sama. Alasan yang mereka gunakan: mereka juga menyembah Allah Israel, dan mereka selalu mempersembahkan korban kepada-Nya sejak zaman raja Asyur memindahkan mereka ke Tanah Kanaan (ayat 2)–berarti ini bukan orang Israel, melainkan bangsa-bangsa lain yang didatangkan ke sana.
Para pemimpin umat TUHAN menolak permintaan mereka dengan alasan: (1) kedua komunitas itu tidak sama, pembangunan Bait Allah bukan urusan bersama, tapi urusan umat TUHAN, sebab TUHAN bukanlah allah dari bangsa-bangsa itu; (2) raja Koresh telah memerintahkan umat TUHAN untuk membangun Bait Allah kembali, sehingga mereka tidak perlu melibatkan bangsa lain untuk pekerjaan itu (ayat 3).
Karena ditolak untuk turut ambil bagian dalam pekerjaan pembangunan Bait Allah, maka penduduk negeri itu melakukan upaya untuk melemahkan semangat umat TUHAN dan membuat mereka takut atau menakut-nakuti (mengintimidasi)–ayat 4. Ini menjadi indikator bahwa motif mereka tidak murni dan niat mereka tidak baik–ketika ditolak, mereka berusaha untuk merusak.
Tidak semua pihak yang menawarkan bantuan untuk melakukan pekerjaan Tuhan itu harus diterima. Pertama, karena kemungkinan tawaran itu tidak didasari atas motif yang murni dan sama dengan tujuan pekerjaan Tuhan. Motif mendapat keuntungan, mendapat akses kekuasaan, dan motif-motif lain yang bisa merusak kemurnian pekerjaan Tuhan.
Kedua, ideologi, cara berpikir, cara bekerja, metode, dan etika dalam bekerja bisa jadi berbeda bahkan bertentangan, sehingga akan menimbulkan konflik di dalam proses pekerjaan Tuhan. Paulus menekankan kebutuhan untuk “sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan” (Fil. 2:2) dalam hidup umat TUHAN. Keterlibatan kelompok lain yang berbeda akan menimbulkan konflik.
Penerapan:
Jangan mengharap atau mengandalkan bantuan orang/pihak lain. Percayalah kepada Tuhan, bahwa Ia sanggup memenuhi semua kebutuhan pekerjaan itu menggunakan sumber berkat-Nya dan sumber hikmat-Nya. Memurnikan cara berpikir tim yang bekerja dari pengaruh dunia, mengerjakan dengan metode dan cara yang Tuhan tetapkan, menggantungkan pemenuhan kebutuhan kepada Tuhan.
Views: 3