Bukan lagi budak

So you are no longer a slave, but a son; and since you are a son, God has made you also an heir. ” (Galatians 4:7).

Seorang anak yang belum dewasa harus tunduk di bawah berbagai macam aturan. Namun, ketika ia menjadi dewasa, “tidak ada lagi aturan yang harus ditaatinya”, karena sekarang–di dalam kedewasaannya, di mana ia tahu apa tujuan hidup dan ia tahu tata nilai yang benar–ia mengatur dirinya sendiri.

Ketika seseorang yang sudah dewasa secara status, namun hidupnya tanpa inner-governance, apa yang terjadi? Ia harus menyadari siapa dirinya, dan mulai hidup sesui dengan statusnya. Yang mengatur hidupnya bukan lagi tata-tertib atau hukum-hukum eksternal, namun pemerintahan Roh Kudus dari dalam dirinya.

Dengan demikian hidup Kristen menjadi simpel: menundukkan diri kepada pengendalian Roh Kudus. Menangkap apa kehendak Allah, dan melakukannya, bukan dengan hikmat dan kekuatan manusiawi, namun dengan kuat kuasa Allah yang bekerja di dalam dirinya.

[Not in your own strength] for it is God Who is all the while effectually at work in you [energizing and creating in you the power and desire], both to will and to work for His good pleasure and satisfaction and delight” (Philippians 2:13 – Amp).

Hidup taat bukan dengan kekuatan saya sendiri, sebab Tuhanlah yang bekerja memberikan kekuatan dan menciptakan di dalam diri saya kuasa dan keinginan/kerinduan, untuk menghendaki dan untuk mengerjakan ketaatan itu; untuk menyenangkan, memuaskan, dan menyukakan hati-Nya.

Tuhan, saya mau menjalani hidup saya di bawah otoritas-Mu, untuk melakukan apapun kehendak-Mu, bukan dengan kekuatan saya, namun dengan kekuatan dari-Mu. Saya ingin mengalami kehidupan yang merdeka itu di dalam Engkau. Tolonglah saya untuk menyerah penuh kepada Tuhan, dan mengalami kemurahan-Mu yang tak pernah habis dan topangan kuasa-Mu yang mahadahsyat itu.

Views: 8

This entry was posted in Galatia, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *