Who am I?

“Paul, an apostle–sent not from men nor by man, but by Jesus Christ and God the Father …” (Gal. 1:1)

Kesadaran akan identitas/jati diri akan mempengaruhi kehidupan: cara pandang, cara berpikir, tata nilai, tindakan, dan perilaku. Paulus sadar penuh akan jati dirinya: seorang rasul yang bukan berasal dari atau diutus oleh manusia, namun dari dan oleh Yesus Kristus dan Allah Bapa. Kesadaran dan keyakinan akan identitas itu menghasilkan kehidupan yang fokus dan commit kepada tugas sebagai rasul, kesediaan untuk membayar harga, dan sikap yang tanpa kompromi–siapapun yang harus dihadapi–ketika Injil diselewengkan, tanpa rasa minder karena masa lalu atau oleh silau akan posisi orang lain.

Who am I? Apakah saya menyadari jati diri saya? Kalau jujur melihat bagaimana cara pandang, tata nilai, dan cara hidup saya selama ini–nampak bahwa saya sebenarnya sedang mengalami krisis identitas: memiliki kehidupan yang tidak sepadan dengan identitas saya.

Who am I? Seorang anak Allah–seseorang yang telah mengalami kemurahan kasih karunia Allah di dalam karya Tuhan Yesus Kristus sehingga saya telah diselamatkan bukan hanya dari neraka, tetapi juga dibebaskan dari kedagingan untuk hidup bagi Allah. Faktanya: kehidupan saya masih banyak dikendalikan oleh keinginan daging! Not God, but I.

Who am I? Seorang suami, ayah, imam dan kepala keluarga. Faktanya: saya belum melakukan semua tanggung jawab yang semestinya diemban oleh suami, ayah, imam dan kepala keluarga. Justru beberapa tanggung jawab itu diambil alih oleh Ru, karena saya lalai melakukannya akibat kesibukan saya dengan agenda saya pribadi.

Who am I? Seorang murid Kristus–yang telah mengalami masa pembinaan dan latihan untuk hidup di dalam ketaatan kepada Firman Tuhan dan untuk mengajarkan Firman Tuhan kepada orang lain supaya mereka mengenal Allah dan hidup di dalam ketaatan kepadaNya. Faktanya: hidup saya tidak mencerminkan kehidupan seorang murid Kristus sejati–label mungkin telah terlanjur tertempel, namun tak diimbangi dengan kenyataan kehidupan: dalam ibadah pribadi, dalam Lordship, dalam pelayanan, apalagi dalam penjangkauan.

Who am I? Garam dan terang yang ditempatkan di FISIP UNS dan di lingkungan RT 3 RW 12 Banyuanyar–yang harusnya memberi pengaruh untuk mencegah pembusukan karena dosa, yang harusnya menjadi contoh kehidupan yang mengenal Allah. Faktanya: sekalipun ada bagian hidup yang mendatangkan respek dan pujian, namun sebagian yang lebih besar lainnya justru membuahkan komentar negatif (sekalipun tidak diucapkan dengan vulgar) dan menjadi batu sandungan.

Who am I? The fact is: I am a selfish, worldly, and ungodly man.

Tuhan, berilah belas kasihan kepada saya dan ampunilah saya.  Tolonglah saya untuk menata kembali hidup saya, supaya kenyataan kehidupan saya konsisten dengan identitas saya yang seharusnya.

Views: 9

This entry was posted in Galatia, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *