Ibadah Pribadi

Keluaran 27:1-21

Tuhan memerintahkan pembuatan pelataran Kemah Suci. Di pelataran ini umat Tuhan bisa masuk untuk beribadah. Pelataran itu memisahkan antara Kemah Suci dengan perkemahan umat Tuhan. Pembatas pelataran itu cukup tinggi, sehingga umat Tuhan tidak bisa langsung melihat aktivitas yang ada di dalam pelataran Kemah Suci. “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka” (Mat 6:1).

Ibadah kepada Tuhan merupakan aktivitas yang dikhususkan. Tidak dicampur aduk dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. Ini bukan masalah pemisahan antara apa yang sprisitual dengan apa yang sekular–Tuhan bertakhta atas segala aspek hidup umatNya, penyembahan dan ketaata kepada Tuhan itu merasuk di dalam segala gerak hidup orang percaya. Ini masalah pengaturan aktivitas. Umat Tuhan harus mengkhususkan waktu dan aktivitas ibadah.

Waktu ibadah yang khusus itu harus dipisahkan dari waktu melakukan aktivitas yang lain. Memang dikhususkan, memang sengaja disediakan. Dan waktu ibadah itu merupakan sesuatu yang “rahasia”–sama seperti orang di luar Pelataran Kemah Suci tidak bisa melihat apa yang ada di balik pembatas, demikianlah orang lain tidak perlu melihat aktivitas ibadah seseorang. Ibadah adalah urusan pribadi dengan Tuhan, bukan untuk dipamerkan di hadapan orang lain.

Tuhan Yesus memerintahkan agar para murid masuk ke dalam kamar tertutup ketika berdoa, supaya hanya Bapa di Sorga yang bisa melihatnya. Dalam hal berpuasa dan memberikan sedekah, Tuhan Yesus memerintahkan hal yang sama–jangan melakukan aktivitas ibadahmu di hadapan banyak orang, supaya dilihat oleh mereka!

Biarlah orang melihat hasil dari ibadahmu. Biarlah mereka hanya menikmati buah dari persekutuanmu dengan Allahmu. Mereka tidak perlu dipameri komitmen, kesungguhan, ataupun kekusyukan doamu–mereka hanya perlu mengalami jawaban doamu. Mereka tidak perlu mendengar betapa murah hatimu–mereka hanya perlu merasakan berkat dari persembahanmu. Mereka tidak perlu tahu betapa kuat puasamu–mereka hanya perlu mengalami sentuhan kuasa Illahi memancar dari hidupmu.

Views: 8

This entry was posted in Keluaran, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *