Kejadian 34:1-31
Persoalan-persoalan berat timbul karena kesalahan dan kejahatan yang dilakukan oleh seseorang. Dan akibatnya kadangkala harus ditanggung oleh banyak orang yang sebenarnya tidak punya kait-mengkait dengan kesalahan itu. Berbagai kejahatan muncul di dalam kisah Dina dan Sikhem, para pelakunya memberikan kontribusi kesalahan sehingga membuat persoalan menjadi rumit, dan akibatnya fatal.
Yakub, tidak setia kepada komitmennya kepada Tuhan untuk kembali ke Bethel, namun justru membeli tanah di dekat Sikhem. Interaksi dengan penduduk setempat ternyata menimbulkan persoalan di kemudian hari. Ketika Dina diperkosa orang, Yakub mendiamkan masalah itu. Ia tidak langsung bereaksi–kesannya adalah: dia takut kalau penduduk sekitar akan menyerangnya, apabila ia melakukan protes atau menunjukkan kemarahan. Sikap pasif Yakub dan mau menyelamatkan diri sendiri itu ternyata dinilai negatif oleh anak-anaknya.
Dina, bergaul dengan orang-orang Sikhem. Ia yang pergi ke Sikhem untuk mengunjungi perempuan-perempuan di negeri itu. Ketika Dina pergi kepada orang-orang Kanaan ini, ia membuka dirinya untuk dilihat, tetapi juga untuk dipengaruhi oleh mereka. Akibatnya, ia tercemari oleh perbuatan Sikhem. Betapa pentingnya untuk membuat batas-batas pergaulan yang tegas, demi kekudusan dan kehormatan diri sendiri sebagai umat Tuhan.
Anak-anak Yakub, menyimpan sakit hati dan kemarahan yang sangat besar karena apa yang dialami Dina. Mereka menggunakan tipu muslihat, memanfaatkan niat baik Sikhem dan penduduk kota itu untuk menyelesaikan masalah dengan baik-baik. Kemudian dalam dendam dan kebencian yang besar membunuh semua laki-laki dan menjarah harta benda kota itu. Kebendian, dendam, dan kemarahan–ketika tidak dikendalikan–membuat orang menjadi gelap mata, tidak bisa diajak berdamai, dan hanya dipenuhi dengan keinginan untuk membalas, merusak, dan membunuh.
Sikhem, yang ternyata hatinya tulus menyukai Dina, namun–karena tata nilai yang dianut penduduk kota itu–membiarkan hawa nasfu mengusainya, sehingga menghasilkan kerusakan. Sekalipun kemudian ia dengan tulus berusaha untuk memperbaiki apa yang sudah dilakukannya, namun ketulusan dan usaha itu ternyata tidak bisa menyelesaikan masalah, justru menghasilkan masalah yang lebih besar yang menimpa lebih banyak orang. Menuruti keinginan dengan melanggar kebenaran akan menghasilkan persoalan.
Tuhan sepertinya diam, dan sepertinya tidak ada campur tanganNya di dalam persitiwa Dina ini. Tidak tercatat reaksi atau firman Tuhan yang berkaitan langsung dengan peristiwa ini. Hanya saja nanti, ketika Yakub–di dalam kepenuhan Roh Kudus–memberkati anak-anaknya, Tuhan menegur kemarahan, tipu muslihat, dan pembunuhan–kebengisan mereka, bahkan mengutuk perbuatan mereka. Mereka tidak mendapat bagian tanah sendiri, namun diserakkan di antara tanah warisan suku-suku yang lain.
Setiap perbuatan akan ada konsekuensinya. Ada konsekuensi yang terjadi segera, dialami diri sendiri atau orang di sekitar kita; ada konsekuensi yang akan terjadi kemudian, dialami oleh keturunan kita. Kekudusan dan keadilan Tuhan tidak pernah berubah: siapa berbuat kejahatan akan mengalami kesesakan dan penderitaan; tetapi siapa yang melakukan kebenaran akan menerima kebaikan dan kemuliaan.
Views: 7