Kejadian 33:1-20
Sekalipun telah mengalami pertemuan pribadi dengan Tuhan, dan telah menerima peneguhan tentang janji Tuhan; masih saja ada kemungkinan seseorang dikalahkan oleh kekuatirannya, sehingga masih menggunakan cara-cara dan strateginya sendiri dalam menyelesaikan masalah. Itu merupakan pergumulan dan tantangan yang terus-menerus ada: pergumuman antara percaya dan mengandalkan Tuhan atau percaya kepada cara dan rencana kita sendiri.
Pagi setelah bergumul semalaman dengan Tuhan, Yakub kembali menggunakan strategi dan siasatnya untuk menghadapi pertemuan dengan Esau. Ia mengatur barisan keluarganya, meletakkan anak-anak hamba-hambanya di barisan paling depan, sedangkan Rahel dan Yusuf–yang paling disayanginga–ditaruh di barisan belakang sekali.
Yakub berjalan di depan barisan, dan ia menggunakan strategi merendahkan diri untuk melunakkan hati Esau. Yakub sujud ke tanah sampai 7 kali, hingga ia sampai di dekat Esau. Sebelumnya, Yakub telah mengirim banyak sekali pemberian/hadiah untuk Esau supaya Esau berbelas kasihan kepadanya. Yakub menggunakan kata-kata manis “memang melihat wajahmu adalah bagiku serasa melihat Allah”, padahal sesungguhnya Yakub sangat takut Esau akan membunuhnya.
Yakub tidak mau berlama-lama dengan Esau–ia masih takut Esau akan mencelakakannya. Karena itu, dengan berbagai alasan–termasuk memberi janji palsu bahwa akan berkunjung ke Seir–ia mendorong supaya Esau segera pergi menginggalkan rombongannya. Hari itu juga Esau pulang ke Seir, dan Yakub melanjutkan perjalanan ke arah yang berlawanan dengan rumah Esau.
Yakub pergi ke Sukot untuk mendirikan rumah dan gubuk-gubuk untuk ternaknya. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan sampai ke Sikhem, dan membeli tanah (memutuskan untuk menetap) di situ. Yakub mendirikan mezbah di situ dan dinamainya “Allah Israel adalah Allah”. Yakub tidak melakukan komitmenya 20 tahun lalu: mendirikan rumah Tuhan di Bethel. Nanti, beberapa tahun kemudian, Tuhan menagih janji Yakob: Yakob diperintahkan untuk pindah ke Bethel dan mendirikan mezbah bagi Tuhan di sana.
Views: 7