Hidup Murid Kristus

Lukas 6:20-26

Setelah memilih 12 orang rasul, Tuhan Yesus mengajar mereka–sementara orang banyak ikut mendengarkan. Tuhan Yesus mengajarkan tentang model kehidupan yang harus dimiliki oleh seorang murid. Tuhan Yesus tidak sedang menjelaskan tuntutan lahiriah, namun spiritualitas. Ada 4 kehidupan yang harus dimiliki oleh seorang murid: miskin, lapar, menangis, dan dibenci karena Kristus.

OrangĀ  yang miskin adalah orang yang menyadari bahwa tidak punya apa-apa selain Tuhan, tidak bisa mengandalkan apa-apa kecuali mengandalkan Tuhan. Ia bisa jadi memiliki semua sumber daya , namun ia tidak pernah mengandalkannya. Ia melihat dirinya sebagai seorang yang bangkrut di hadapan Tuhan, dan hidupnya hanya berharap kepada belas kasihan Tuhan saja.

Orang yang lapar adalah orang yang senantiasa ingin memperoleh kebenaran Tuhan. Ia ingin agar hidupnya benar di hadapan Tuhan. Ia menyadari bahwa titik awal kebenaran itu bukan dari usaha kesalehannya sendiri, namun pembenaran di dalam Tuhan Yesus; sebab kesalehan sebagai usaha pribadi itu seperti kain kotor di hadapan Tuhan. Setelah ia memperoleh pembenaran di dalam Kristus, hidupnya didedikasikan untuk mengerti dan melakukan kebenaran di dalam Firman Tuhan.

Orang yang menangis adalah seorang yang berduka karena dosa. Ia menyadari bahwa dosa adalah satu-satunya hal yang merusak relasi dengan Tuhan, Ia tahu betapa dosa adalah persoalan yang sangat serius. Ia tidak sembrono dengan dosa, ia tidak memegahkan dosa, namun ia terus-menerus berada di dalam proses penyesalan dan pertobatan atas dosa-dosanya. Ia berduka ketika melihat dosa dilakukan dengan leluasa.

Orang yang dibenci karena Kristus adalah orang yang tidak menjadi serupa dengan dunia ini. Ia tidak tertarik kepada tawaran dunia, ia tidak mencintai dunia ini. Hidupnya tidak mengikuti tata nilai dunia ini–sehingga ia tidak diperhitungkan sebagai seorang yang “sukses” dan “diterima/accepted” oleh dunia ini. Sekalipun masih berada di dalam dunia, namun hidupnya terpisah dari dunia–ia hidup untuk Kerajaan Allah.

Views: 7

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *