Ezra 5:1-2
Kebanyakan konsep dan praktik kepemimpinan menitik beratkan kepada perkara yang sekuler: yang terkait dengan bagaimana bisa mengelola dengan baik untuk mencapai tujuan. tetapi tidak dikaitkan dengan perkara rohani–relasi antara manusia dan komunitas dengan Tuhan. Kepemimpinan dunia fokus kepada: motif, karakter, kekuasaan, dan komperenti dalam menjalankan/mengelola organisasi/komunitas. Tidak memberi tempat pada relasi atau ibadah dengan Tuhan maupun orientasi kepada kehendak/rencana Tuhan.
Ada dua orang nabi, yaitu Hagai dan Zakharia (nubuatan mereka dicatat dalam kitab suci), yang bernubuat terhadap orang-orag Yahudi yang tinggal di Yerusalem dalam nama TUHAN, Allah Israel yang menyertai mereka (ayat 1). Nubuat dari kedua nabi itu memberi dorongan dan kekuatan bagi orang-orang Yahudi untuk mengerjakan pembangunan Bait Allah. Sekalipuin sudah ada janji TUHAN, dilengkapi dengan ijin dan dukungan pemerintah, namun umat TUHAN tetap membutuhkan peryataan-pernyataan dari TUHAN supaya menolong tetap tekun dan tidak menjadi lemah dalam mengerjakan pekerjaan TUHAN.
Ada tiga unsur kepemimpinan yang terlibat di dalam pembangunan Bait Allah, yaitu Zerubabel (pemimpin politik/bangsa, raja), Yesua (imam besar, pemimpin agama), dan Hagai dan Zakharia (nabi-nabi Allah)–ayat 2. Tiga aspek kepemimpinan Illahi menurut desain TUHANbagi umat-Nya: raja, imam, dan nabi. Selama Perjanjian Lama ketiga peran dan fungsi itu dilakukan oleh individu atau jabatan yang terpisah. Di dalam Tuhan Yesus, ketiganya melebur di dalam Satu Pribadi: (1) Sebagai Raja, Tuhan Yesus disembah dan ditaati; (2) sebagai Imam, Tuhan Yesus menjadi perantara relasi manusia dengan Allah; (3) sebagai Nabi, Tuhan Yesus menyatakan firman dan kehendak Allah.
Dalam konteks keluarga orang percaya, peran dan fungsi kepemimpinan diberikan kepada suami/ayah sebagai kepala keluarga (seperti Tuhan Yesus sebagai kepala Gereja). Kepala keluarga harus menjalankan tiga fungsi itu: (1) pemerintahan dan otoritas mengambil keputusan dan mengarahkan jalan hidup keluarga; (2) keimaman, memimpin keluarga beribadah kepada Tuhan, menjadi pendoa bagi keluarganya; (3) kenabian, mengajarkan kebenaran firman Tuhan dan mencari kehendak/pernyataan dari Tuhan untuk keluarganya.
Penerapan:
(1) Mengakui bahwa saya tidak hidup sebagai pemimpin menurut desain Illahi; terutama di rumah, di mana ketiga fungsi itu tidak saya lakukan. Kalau di kampus, hanya fungsi sebagai pemerintah saja yang saya lakukan, tetapi dua fungsi yang lainnya tidak saya lakukan.
(2) Berdoa meminta Tuhan menolong saya untuk bisa menjalankan ketiga fungsi itu, sehingga saya hidup sebagai pemimpin keluarga dan lembaga yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
(3) Langkah praktis: menyediakan waktu untuk berdoa bagi keluarga dan lembaga yang dipimpin–menjalankan fungsi imam dan nabi.
Views: 3