Penopang Kehidupan

2 Korintus 4:13-18

Setelah menyatakan cara pandangnya atas panggilan/pelayanan (yaitu anugerah Allah yang sangat mulia; di lanjutkan dengan cara pandangnya atas diri sendiri (yaitu bejana lempung rapuh, yang dimampukan oleh kuasa Allah untuk menanggung semua kesulitan dan penderitaan), Paulus kemudian bersaksi tentang keyakinannya: “… kami memiliki roh iman …” (ayat 13). Keyakinan yang menjadi penopang hidupnya untuk melakukan panggilan Allah.

Istilah “roh iman” tidak dimaknai sebagai salah satu karunia Roh Kudus (1 Korintus 12:9), namun dimaksudkan sebagai “sikap atau cara pandang iman”–sikap atau cara pandang yang menunjukkan iman (keyakinan). Dan pada bagian ini Paulus menjelaskan beberapa keyakinannya, yang membuat ia mampu melakukan panggilan Allah.

Pertama, keyakinan bahwa kemenangan itu ada di pihaknya. Karena Allah yang telah membangkitkan Kristus akan membangkitkan orang percaya; dan kelak semua akan bersama menghadap Allah–sebuah kemenangan mengatasi kematian. Kedua, bahwa pelayanannya akan berhasil, karena banyak orang akan menjadi percaya, dan dengan demikian Allah akan dimuliakan.

Ketiga, penderitaan yang dialami itu justru dipakai untuk membangun sesuatu yang mulia dan kekal, yaitu manusia batiniah yang diperbaharui dari hari ke hari; dalam kemuliaan yang semakin besar. Keempat, keyakinan kepada apa yang tidak kelihatan oleh mata jasmani; bahwa yang rohani, yang tak terlihat itu riil dan ada, dan justru yang tak kelihatan itu yang kekal–sementara yang kelihatan adalah fana.

Apa yang menjadi penopang daya tahan kita? Keyakinan kepada kekuatan kita sendiri? Akses kepada sumber daya duniawi? Kita kadang lupa bahwa manusia badaniah kita akan semakin merosot; pun sumber daya duniawi itu sifatnya sementara. Cara pandang iman yang benar adalah penopang hidup yang sejati.

Views: 7

This entry was posted in 2 Korintus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *