Kemuliaan dalam Kesukaran

2 Korintus 4:7-12

Salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi pelayan-pelayan Allah adalah: godaan untuk mencuri kemuliaan Allah, dan mengklaimnya sebagai kemuliaannya sendiri. Itulah sebabnya, Tuhan mengijinkan kelemahan, ketidaksempurnaan, dan kesulitan itu terjadi di dalam hidup hamba-hamba-Nya. Tujuannya satu: menolong hamba-hamba-Nya dan semua orang yang lain untuk melihat dan menyadari bahwa ini adalah pekerjaan Allah, hanya bisa dilakukan dengan kekuatan yang dari Allah.

“However, we possess this precious treasure [the divine Light of the Gospel] in [frail, human] vessels of earth, that the grandeur and exceeding greatness of the power may be shown to be from God and not from ourselves. ” (ayat 7 Amplified).

Paulus membuat daftar kesulitan yang harus dihadapinya bersama kawan-kawan sekerjanya. Mereka ditekan dan dianiaya dengan berbagai cara, menanggung malu, mengalami kebingungan, menghadapi jalan buntu, dikejar-kejar, diserang dan dihantam. Semua kesulitan itu membuatnya menyimpulkan bahwa maut begitu aktif bekerja di dalam hidupnya (ayat 12).

Namun, di dalam mengalami dan menerima semua kesulitan kehidupan itu Paulus tidak mengalami kehancuran ataupun keputusasaan; karena kuasa Tuhan menopangnya. Kesulitan, kelemahan, keterbatasan yang dihadapi merupakan jalan bagi kuasa dan kemuliaan Allah untuk menerobos keluar sehingga nampak di depan mata orang! Di bagian lain, Paulus menuliskan:

Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. (2 Korintus 12:9b-10)

Kesulitan, penderitaan, persoalan diijinkan untuk menghampiri kita dalam rangka mengingatkan akan kelemahan dan keterbatasan kita; mengingatkan bahwa diri sendiri takkan pernah bisa diandalkan. Kalau orientasi hidup adalah memuliakan Allah, maka kita akan bisa menerima dan tetap bersyukur ketika kesukaran itu datang; sebab itulah kesempatan kuasa dan kemuliaan Allah dinyatakan di hadapan kita dan orang lain.

Views: 7

This entry was posted in 2 Korintus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *