Karunia Roh Kudus: Prinsip Pembangunan

1 Korintus 14:1-5

Ada 2 dorongan yang diberikan Paulus kepada jemaat: untuk bersungguh-sungguh/antusias/semangat mengejar dan memiliki kasih (seperti dijelaskan di pasal 13), dan untuk sungguh-sungguh memperoleh dan mengembangkan karunia Roh. Keseimbangan antara kasih dan karunia Roh. Sekalipun bertumbuh dalam kasih itu lebih utama, namun tidak berarti jemaat boleh mengabaikan penggunaan dan pengembangan karunia–sebab itu adalah pemberian yang istimewa dari Tuhan untuk membangun jemaat.

Paulus, secara khusus membandingkan antara karunia bernubuat dengan karunia berbahasa Roh. Ia menilai karunia bernubuat itu lebih bermanfaat bagi jemaat. Ketika karunia bahasa Roh tidak didampingi dengan karunia menafsirkan bahasa Roh, maka karunia itu hanya bermanfaat bagi individu pemilik karunia–ia terbangun dalam persekutuan pribadi dengan Tuhan; sementara orang lain hanya mendengarkan tanpa tahu artinya–tidak bermanfaat, bahkan bisa jadi malah dapat menimbulkan persoalan, terutama bagi orang yang belum mengerti atau belum percaya.

Karunia bernubuat, sebaliknya, dinilai bermanfaat untuk membangun jemaat, sebab isi nubuat yang berasal dari Tuhan itu dapat didengar dan dipahami oleh semua orang yang hadir. Dan ketika pernyataan Tuhan itu menyentuh hidup seseorang, maka ia akan dibangun karenanya (diajar, diteguhkan, dihibur, atau ditegur).

Karunia Roh diberikan oleh Tuhan untuk melayani kebutuhan jemaat, untuk membangun jemaat, untuk menumbuhkan jemaat. Ketika dalam penggunaannya tidak menghasilkan manfaat, maka karunia itu menjadi tidak efektif. Jemaat Korintus cenderung menyukai karunia yang ‘spektakuler’–ini terkait dengan sikap mental mereka yang cenderung suka menonjolkan diri/kelompok dan tampil sebagai yang paling baik daripada orang/kelompok lain.

Apakah ada karunia/talenta/bakat/kemampuan yang tidak saya gunakan untuk menghasilkan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain? Adakah karunia yang saya nikmati sendiri dan tidak saya pakai untuk melayani orang lain?

Secara khusus, saya ingin memakai kemampuan bahasa Inggris saya untuk melayani kebutuhan orang lain. Prioritas pertama adalah untuk mendukung studi istri saya; saya ingin memiliki sikap yang rela, senang, gembira untuk melayani dia dalam hal ini.

Views: 7

This entry was posted in 1 Korintus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *