Penuhi Semua Janji/Komitmenmu

Hakim-hakim 11:34-40

TUHAN adalah Allah yang setia. Ia berjanji, dan pasti menepati. “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?” (Bil. 23:19). TUHAN menuntut umat-Nya juga setia: menepati janji yang diucapkan kepada Tuhan. Salah satu kriteria memenuhi kekudusan TUHAN adalah: “berpegang pada sumpah, walaupun rugi” (Maz. 15:4).

Yefta bernazar kepada TUHAN ketika meminta kemenangan atas Amon. TUHAN tidak meminta Yefta mengucapkan nazar apapun, itu adalah inisiatif Yefta sendiri. TUHAN tidak melarang umat-Nya mengucapkan nazar, justru TUHAN mengatur hukum bagaimana membuat dan memenuhi sebuah nazar. Prinsip umumnya: seseorang bebas untuk bernazar kepada TUHAN, tetapi begitu itu membuat nazar itu, maka ia wajib berbuat tepat seperti yang diucapkannya; kalau tidak, maka ia bersalah di hadapan TUHAN (Ula. 30:2).

Ada kemungkinan sebuah nazar diucapkan dengan semborno atau atau tanpa berikir panjang. Ketika nazar itu diucapkan oleh perempuan, maka nazar itu bisa dibatalkan oleh ayah atau suaminya pada saat ayah atau suami itu mendengar nazar diucapkan (Ula. 30:3-15). Akan tetapi, sebuah nazar yang diucapkan oleh seorang laki-laki dewasa tidak dapat dibatalkan, dan harus ditepati. Karena itu, dalam kasus Yefta, nazar yang diucapkannya tidak bisa dibatalkan!

Dan, di dalam kedaulatan TUHAN, ketika Yefta pulang dari peperangan, anak perempuannya keluar dari rumah dan menyambut kedatangannya sambil menari dengan rebana! Ini adalah anak satu-satunya, Yefta tidak memiliki anak yang lain, baik laki-laki maupun perempuan (ayat 34). Betapa hancur hati Yefta, karena nazar yang telah diucapkannya, ia harus mengorbankan anak satu-satunya (ayat 35). Bagaimana hati Allah Bapa ketika menyerahkan Anak Tunggal-Nya untuk dibunuh sebagai korban penebus dosa manusia?

Tetapi, anak perempuan Yefta adalah anak yang mulia. Ia rela untuk menjadi korban bagi pemenuhan nazar ayahnya, bahkan ia mendorong ayahnya untuk tetap berbuat seperti nazar yang telah diucapkannya kepada TUHAN (ayat 36). Hanya saja, ia meminta waktu dua bulan mengembara ke pegunungan untuk menangisi kegadisannya bersama teman-temannya (ayat 37). Setelah dua bulan, anak itu pulang kepada Yefta; menunjukkan dia anak yang setia kepada janjinya. Dan Yefta melakukan kepada anak itu apa yang telah dinazarkannya di hadapan TUHAN (ayat 39-40).

Penerapan:
(1) Mengakui bahwa selama ini sembrono dalam membuat janji/komitmen. Orang yang sembrono berjanji itu menyepelekan kekudusan Tuhan; karena berpikir ia bisa mengingkari janjinya. Berpikir panjang dan doakan sungguh-sungguh sebelum membuat komitmen apapun.
(2) Mengakui bahwa telah tidak setia menepati janji/komitmen yang dibuat di kepada Tuhan atau orang lain. Mengakui pelanggaran janji/komitmen ini sebagai dosa di hadapan Tuhan.
(3) Setiap menepati setiap janji/komitmen yang diucapkan kepada Tuhan dan orang lain.

Views: 18

This entry was posted in Hakim-hakim, Perjanjian Lama, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *