Jalan Damai atau Konfrontasi

Hakim-hakim 11:12-33

TUHAN mengijinkan cara konflik atau konfrontasi atau cara keras dilakukan. Akan tetapi dilakukan dengan benar: setelah melalui upaya pembicaraan untuk mencari perdamaian, setelah dipastikan bahwa memang posisi kita yang benar di hadapan hukum dan di hadapan TUHAN. Konflik/konfrontasi adalah cara terakhir, dan harus dilakukan dengan tetap tunduk pada prinsip kebenaran TUHAN.

Sebagai mantan pimpinan perampok dan para petualang yang diangkat sebagai panglima perang Israel, Yefta justru mencari penyelesaian masalah dengan jalur damai lebih dahulu. Ia mengirimkan utusan kepada raja Amon untuk berunding, menemukan duduk masalahnya apa (ayat 12). Raja Amon meminta agar Israel menyerahkan seluruh wilayah sebelah timur Yordan, karena diklaim sebagai wilayahnya yang telah dirampas oleh orang Israel ketika mereka keluar dari Mesir–ini menggugat sejarah ratusan tahun sebelumnya (ayat 13).

Yefta menyatakan kepada raja Amon bahwa semua wilayah layah milik Amon yang diklaim oleh Amon itu bukan wilayahnya, tetapi wilayah bangsa-bangsa lain yang sah milik menjadi Israel. Diperoleh dengan cara yang benar–menurut adat waktu itu: merebut dengan berperang dari bangsa Kanaan yang menolak untuk dilewati wilayahnya, bahkan memerangi orang Israel. Sudah sesuai aturan saat itu: siapa yang menang perang akan memiliki wilayah bangsa yang kalah (ayat 14-22).

Yefta juga menyebut bahwa kemenangan Israel atas bangsa-bangsa asli adalah karena kuasa TUHAN. Keyakinan yang ada saat itu: ketika bangsa-bangsa berperang, sebenarnya allah-allah mereka juga berperang. Kemenangan sebuah bangsa merupakan bukti bahwa allah mereka lebih kuat daripada allah bangsa yang dikalahkan. Yefta menyatakan bahwa TUHAN, Allah Israel, yang telah menyerahkan bangsa-bangsa itu kepada orang Israel (ayat 23-27).

Raja Amon yang karena klaimnya bisa dipatahkan, dan bisa dibuktikan bahwa tindakannya itu salah secara hukum internasional waktu itu, menolak mendengarkan Yefta dan tetap kukuh dengan sikapnya menduduki wilayah Israel. Yefta sudah memastikan bahwa secara hukum/adat, ia ada di posisi yang benar; tetapi karena Amon tetap tidak mau mengubah sikap, maka jalan perang yang diambil (ayat 28).

Lalu Roh TUHAN menghinggapi Yefta, maka ia menggerakkan pasukan Israel dari wilayah Israel menuju Amon. Yefta bernazar kepada TUHAN: Jika TUHAN memberi kemenangan kepadanya, maka ia akan mempersembahkan apa yang keluar dari pintu rumah untuk menyambutnya pulang sebagai korban bakaran kepada TUHAN (ayat 31). Yefta disertai oleh TUHAN dan ia memperoleh kemenangan besar atas Amon sehingga Amon ditundukkan oleh orang Israel (ayat 33).

Penerapan:
Memastikan bahwa semua jalan damai dan persuasi/negosiasi telah dilakukan, dan memastikan bahwa saya ada di posisi yang benar. Barulah saya boleh mengambil jalur konfrontatif-melawan pihak lain yang bersalah, untuk menegakkan kebenaran.

Views: 9

This entry was posted in Hakim-hakim, Perjanjian Lama, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *