TUHAN, Sang Pembalas Kejahatan

Hakim-hakim 9:22-57

TUHAN itu adil dan benar. Setiap kejahatan pasti akan dibalasnya, kecuali apabila karena anugerahnya orang yang berbuat jahat itu bertobat–itupun TUHAN tetap menghendaki ia menanggung konsekuensi dari kejahatannya. Itulah hukum TUHAN yang berlaku kepada siapapun, di manapun, dan kapanpun juga. Tidak ada satu orangpun–entah ia orang percaya atau bukan–yang bisa luput dari hukum TUHAN ini (ayat 56-57).

Keadilan TUHAN ditunjukkan dalam kasus kejahatan Abimelekh. Setelah tiga tahun memerintah, TUHAN “membangkitkan semangat jahat di antara Abimelekh dan warga kota Sikhem, sehingga … tidak setia kepada Abimelekh.” (ayat 23). Supaya penumpahan darah anak-anak Gideon dibalaskan atas Abimelekh dan warga Sikhem (ayat 24). Warga Sikhem mulai melakukan tindakan pembangkangan kepada Abimelekh–namun sekalipun Abimelekh mengetahuinya, ia belum bertindak (ayat 25). Siapa berkhianat ganti dikhianati, siapa menipu ganti ditipu, siapa membunuh akan terbunuh–itu hukum keadilan TUHAN.

Ada tokoh baru yang datang ke Sikhem, namanya Gaal bin Ebed. Ia datang lalu menetap di Sikhem. Ia bisa menarik kepercayaan penduduk Sikhem, sehingga mereka bersahabat dengannya. Gaal menghasut penduduk Sikhem untuk berontak kepada Abimelekh dan ia sesumbar akan mengenyahkannya (ayat 26-29). Apa yang dulu dilakukan Abimelekh, sekarang dilakukan oleh Gaal: menghasut penduduk kota untuk memberontak.

Pemimpin kota itu, namanya Zebul, masih setia kepada Abimelekh. Maka ia mengirim utusan kepada Abimelekh agar datang dan menyerang Gaal dan para pengikutnya yang memberontak (ayat 30-33). Abimelekh beserta pasukannya datang dan mengepung Sikhem. Dengan ditonton oleh penduduk Sikhem, Gaal maju melawan Abimelekh, tapi dia kalah dan melarikan diri. Zebul mengusir Gaal dan saudara-saudaranya dari Sikhem (ayat 34-41).

Abimelekh melanjutkan memerangi Gaal dan para supporternya. Ia merebut kota tempat mereka tinggal dan merobohkan kota itu. Pendukung Gaal dari kota Menara-Sikhem bersembunyi ke dalam gua di bawah kul El-Berit. Abimelekh menutupi mulut gua dengan kayu dan membakarnya, sehingga 1000 orang mati di sana. Kutukan Yotam digenapi, bahkan secara literal: ada api yang membakar dan membinasakan warga Sikhem (ayat 42-49). Tapi ini baru separuh dari pembalasan TUHAN.

Abimelekh pergi dan mengepung kota Tebes. Ia berhasil merebut kota itu, tetapi di tengah kota ada sebuah menara yang kuat. Seluruh penduduk kota melarikan diri ke sana, menutup gerbangnya, dan mereka naik ke atas menara untuk berlindung. Abimelekh dan pasukannya bisa menerobos sampai ke pintu menara, dan akan membakar menara itu denga semua yang orang di dalamnya (ayat 50-52).

Dalam keadaan kritis itu, seorang perempuan–tidak diketahui namanya, tapi dia adalah alat penghukuman TUHAN–menjatuhkan sebuah batu kilangan ke kepala Abimelekh sampai pecah tengkoraknya. Dalam kondisi sekarat Abimelekh–orang jahat itu–bukannya bertobat, tapi masih jumawa. Minta bujangnya untuk membunuhnya, supaya tidak dikatakan orang bahwa ia mati dibunuh seorang perempuan. Tapi, TUHAN tetap mencatatnya. Dan semua orang tetap mengetahui bahwa ia mati dengan direndahkan, di tangan seorang perempuan (ayat 53-57).

Penerapan:
Jangan kuatir tentang pembalasan atas kejahatan orang kepadamu. Tuhan memiliki hukum yang benar dan adil dan tidak pernah berubah. Pengadilan dan pembalasan itu adalah hak Tuhan. Serahkan semuanya kepada-Nya.

Views: 15

This entry was posted in Hakim-hakim, Perjanjian Lama, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *