Hakim-hakim 4:1-10
TUHAN bisa memakai perempuan untuk menjadi pemimpin. Sekalipun prinsip umum adalah kepemimpinan itu diserahkan kepada laki-laki, namun di dalam situasi-situasi tertentu, TUHAN membangkitkan perempuan untuk melaksanakan kehendak-Nya–situasi apa? Situasi ketika laki-laki tidak sanggup/mau mengambil tanggung jawab, dan ketika suatu pekerjaan itu memang “cocok” dilakukan memakai keunikan karakteristik perempuan.
Setelah 80 tahun hidup aman (Hak. 3:30), Israel kembali ke dosanya yang lama, melakukan apa yang jahat di mata TUHAN (ayat 1). Maka, TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan. Yabin memiliki panglima bernama Sisera yang memimpin 900 kereta besi (ayat 2-3). Ini adalah kekuatan militer yang sangat dahsyat pada zaman itu. Israel ditindas dengan keras selama 20 tahun.
Debora adalah seorang nabiah, seorang yang karena anugerah TUHAN menerima karunia untuk menjadi nabi, sebagai saluran TUHAN menyatakan kehendak-Nya. Selain–atau justru karena–ia seorang nabiah, Debora juga bertindak sebagai hakim Israel di mana orang datang kepadanya untuk meminta keadilan atau keputusan atas perkara tertentu. Debora melakukan pelayanannya sebagai hakim di bawah pohon korma di pegunungan Efraim (ayat 4-5).
Israel berseru-seru kepada TUHAN memohon kelepasan dari Yabin, dan mereka membawa seruan itu kepada Debora. TUHAN berbicara melalui Debora untuk memerintahkan Barak maju membebaskan Israel. Perintah TUHAN spesifik: lokasi peperangan, jumlah tentara yang harus dibawa, suku tentara yang harus diajak, dan proses bagaimana kemenangan akan diberikan TUHAN (ayat 6-7). TUHAN bisa memberi petunjuk spesifik kepada umat-Nya. Pertanyaannya: apakah umat TUHAN masih percaya kepada-Nya?
Barak tidak percaya diri; sekalipun sudah mendengar petunjuk dan janji kemenangan dari TUHAN, ia tidak mau/berani maju apabila Debora tidak maju ke medan perang bersama dia (ayat 8). Betapa ironis: nama “Barak” berarti “kilat/petir“, tetapi ia tidak menunjukan karakter yang cemerlang, cepat, dan kuat. Namanya berarti kilat/petir, tapi ia tidak punya iman kepada TUHAN, tidak percaya penuh kepada janji TUHAN. Ia masih membutuhkan pegangan (kehadiran Debora) selain janji TUHAN untuk melangkah mentaati TUHAN.
Tapi, TUHAN itu penuh anugerah. Ketika Barak menunjukkan iman yang lemah kepada janji-Nya, TUHAN tidak membatalkan rencana-Nya. TUHAN tetap memberikan kemenangan kepada Israel. Tetapi, TUHAN mencabut kehormatan yang sebenarnya akan diberikan kepada Barak, karena Barak tidak percaya penuh kepada-Nya. TUHAN akan meninggikan nama orang lain–seorang perempuan ibu rumah tangga–dalam kemenangan itu (ayat 9).
Apakah saya tidak punya cukup iman? Apakah saya tidak bisa percaya penuh hanya kepada janji TUHAN, dan harus meminta pegangan yang lain? Pegangan yang bisa berupa orang atau benda atau apapun? Ingat kasus di zaman Samuel muda: orang Israel mengira kuasa TUHAN itu ada di dalam Tabut Perjanjian, sehingga mereka membawanya ke medan perang, dengan asumsi bahwa Tabut itu akan bisa “memaksa” TUHAN memberikan kemenangan (1 Sam 4:3).
Penerapan:
Apabila Tuhan sudah memberikan janji, peganglah itu dan majulah untuk mentaatinya. Seperti Abraham yang mempercayai janji TUHAN–sekalipun tidak ada apapun yang bisa dijadikan pegangan–semata-mata hanya perkataan TUHAN. “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” (Kej. 15:6).
Views: 30