Kekuatan dan Keabadian Tuhan, Kerapuhan dan Kefanaan Manusia

Lukas 21:5-6

Di tengah kompleks Bait Allah, beberapa orang mengagumi bangunan Bait Allah yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan. Dalam catatan Markus 13:1, salah seorang murid-Nya mengungkapkan kekaguman kepada bangunan Bait Allah. Dalam catatan Matius 24:1, Tuhan Yesus yang menunjuk dan mengajak murid-murid-Nya melihat bangunan Bait Allah. Sementara semua orang takjub melihat kekohohan dan keindahan Bait Allah, Tuhan Yesus memberikan insight yang berbeda–insight Illahi.

Merespons kekaguman orang kepada kekokohan Bait Allah, Tuhan Yesus menubuatkan kerapuhannya: “Apa yang kamu lihat … akan datang harinya di mana … semuanya akan diruntuhkan” (ayat 6). Bait Allah di Yerusalem adalah salah satu bangunan terindah pada zaman itu, dan terlihat sangat kokoh dan tak terkalahkan–tidak mungkin hancur. Apa yang nampak kokoh dan hebat di mata manusia–di dalam rencana Tuhan–akan runtuh total, sampai tidak ada bekasnya sama sekali.

Apa yang dinubuatkan Tuhan Yesus itu terjadi pada tahun 70, ketika pasukan Romawi mengepung Yerusalem, dan meruntuhkan Bait Allah. Dan kehancuran Bait Allah ini bukan yang pertama. Pada zaman Kerajaan Israel, pasukan Nebukadnezar dari Babel mengepung Yerusalem, meratakan kota dan tembok Yerusalem, serta dan meruntuhkan Bait Allah dan membawa semua harta di Bait Allah ke Babel. Alasannya: kejahatan umat Tuhan melampaui batas, sehingga Tuhan meruntuhkan kerajaan itu dan membuang umat-Nya.

Tidak hanya bangunan, tapi kerajaan, peradaban–apalagi hanya manusia! Destiny, masa depan itu, ada di dalam genggaman Tuhan–Ia yang berdaulat dan menguasai segala sesuatu. Karena itu, jangan merasa kuat, jangan merasa aman, jangan merasa tidak terkalahkan–invincible: tidak mungkin jatuh atau hancur. Teruslah mengingat dan menyadari kejatuhanmu, kerusakannmu, dan kerapuhanmu–setiap saat hidupmu bisa hancur habis-habisan.

Penerapan:
(1) Meminta penjagaan Tuhan terus-menerus, agar Tuhan memelihara hidup saya dan keluarga saya dari kehancuran.
(2) Memohon hati yang tidak sombong dan merasa kuat, merasa aman dengan posisi dan situasi saya saat ini.

Views: 59

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *