Lukas 21:1-4
Tuhan Yesus–Sang Guru Agung–menggunakan apa yang terjadi di sekitar-Nya dan murid-murid-Nya untuk mengajar. Di Bait Allah, Tuhan Yesus melihat bagaimana orang-orang memberikan persembahan ke dalam peti persembahan (ayat 1-2). Ia kemudian menyatakan komentar-Nya atas kejadian itu.
Dalam catatan Markus 12:41, disebutkan: “… Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu“. Artinya, Tuhan Yesus tidak hanya melihat tanpa sengaja, namun Ia memang dengan duduk di posisi depan peti persmebahan itu dan memperhatikan dengan cermat (theoreo: to look losely at, to look with interest and for a purpose, usually indicating the careful observation of details).
Lokasi kejadian adalah di Pelataran untuk Perempuan (Court of the Women), di mana perempuan diperbolehkan di kompleks Bait Allah. Di halaman ini ada 13 kotak persembahan yang mulutnya berbentuk terompet. Kotak ini untuk menerima persembahan sukarela dari jemaat (Walvoord & Zuck, 1983). Jadi, apa yang dimasukkan oleh orang ke dalam kota ini bukan persembahan wajib, tetapi persembahan sukarela–orang tidak harus memberi!
Tuhan Yesus melihat dua jenis orang memasukkan persembahan ke dalam peti persembahan itu: orang-orang kaya memasukkan jumlah yang banyak (Mar. 12:41), dan ada seorang janda miskin memasukkan dua koin bernilai kecil. Darimana Tuhan Yesus tahu bahwa perempuan itu seorang janda miskin? Apakah Tuhan Yesus sempat bercakap-cakap dengan-Nya? Apakah Tuhan Yesus bertanya kepada orang sekitarnya? Apakah penampilan/cara berpakaian perempuan itu menunjukkan status sosialnya? Apapun itu, Tuhan Yesus melihat dengan teliti, sehingga bisa mengetahui jumlah dan jenis koin yang dimasukkan oleh si janda.
Komentar Tuhan Yesus dimulai dengan frasa “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya …” (ayat 3). Atau dalam terjemahan lain: “I tell you the truth” (NIV). Tidak berarti bahwa Tuhan Yesus pernah menyatakan yang tidak sebenarnya atau sesungguhnya, tetapi frasa itu mengindikasikan bahwa apa yang akan disampaikan-Nya adalah prinsip kebenaran Illahi yang penting. Prinsip yang harus diperhatikan dan dicamkan sungguh-sungguh oleh para murid.
“… janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang [kaya] itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.” (ayat 3-4). Di mata Tuhan, pemberian si janda miskin–yang secara nominal jumlahnya sangat kecil–nilainya lebih besar daripada pemberian orang-orang kaya–yang nominalnya banyak.
Alasannya: orang-orang kaya itu memberi dari kelimpahannya–sisa-sisa uang/harta yang tidak mereka perlukan, sehingga mereka bisa dengan ringan tanpa pengorbanan memberikan persembahan itu. Sedangkan si janda miskin itu memberikan dari kekurangannya. Artinya, uang yang dipersembahkan itu sebenarnya sangat diperlukan untuknya sendiri, karena itu adalah seluruh nafkahnya (all she had to live on–NASB)–ayat 4.
Prinsip Illahi: persembahan yang dinilai tinggi di hadapan Tuhan adalah persembahan yang didasari hati yang penuh perngorbanan; persembahan yang bukan berasal dari sisa, harta yang tidak diperlukan. Persembahan yang merepresentasikan: pengakuan bahwa Tuhan berhak menerima yang terbaik, bahkan seluruh hidup; pengakuan bahwa Tuhan adalah sumber kehidupan–sehingga tidak kuatir dengan pencukupan kebutuhan karena pemberina persembahan.
Penerapan:
Memohon hati yang tidak itung-itungan dengan Tuhan dalam hal persembahan kepada Tuhan. Bersikap rela memberi, tidak menahan-nahan persembahan untuk Tuhan.
Views: 9