Tunduk dan Melayani Raja Yang Penuh Anugerah

Lukas 19:11-27

Dalam catatan Lukas, perumpamaan tentang talenta disampaikan oleh Tuhan Yesus dalam konteks ketika Ia sedang berada di rumah Zakheus, dan di tengah banyak orang yang melihat dan mendengar bahwa “hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah [keluarga Zakheus] ini“; itu konsisten dengan alasan kedatangan-Nya, yaitu untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (ayat 10).

Ada dua hal yang dicatat Lukas (ayat 11) menjadi alasan Tuhan Yesus menyampaikan perumpamaan ini: (1) “sebab Ia sudah dekat Yerusalem“–sudah dekat dengan waktu Ia akan diserahkan dan dibunuh sebagai korban untuk menyelamatkan manusia dari dosa mereka; dan (2) orang yang mengikuti Dia mengira bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan–appear immediately (NASB); para pengikut-Nya berpikir sebentar lagi–bahkan mungkin dalam hitungan hari, Tuhan Yesus akan memproklamirkan Kerajaan Allah di dunia ini ini di Yerusalem.

Perumpamaan ini dimulai dengan latar belakang cerita, di mana seorang bangsawan pergi ke negeri yang jauh untuk dinobatkan sebagai raja, setelah itu baru akan kembali (ayat 12)–Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia tidak akan mendirikan Kerajaan-Nya sekarang, tetapi justru Ia akan pergi dari dunia ini. Para pengikutnya tidak usah berharap akan ada deklarasi kerajaan sekarang, namun justru mereka harus menunggu sampai Tuhan Yesus datang kembali.

Selama masa penantian kedatangan sang bangsawan itu, ia memanggil sepuluh orang hambanya, memberi mereka modal berupa uang (masing-masing satu mina), dan memerintahkan hamba-hambanya itu memakai modal itu untuk berdagang (ayat 13). Para pengikut atau murid-murid Yesus tidak menunggu kedatangan-Nya dengan berdiam diri, tetapi Tuhan Yesus memberikan tugas/pekerjaan yang harus mereka lakukan.

Ketika sang bangsawan itu kembali, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya yang telah diberi uang modal, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing (ayat 15). Ketika Tuhan Yesus nanti datang untuk yang kedua kali, di mana Ia akan datang sebagai Raja, Ia akan memanggil para pengikut dan murid-muridnya satu-persatu untuk dimintai pertanggungjawaban bagaimana mereka telah mengerjakan tugas selama di dunia ini.

Hamba-hamba yang bisa menunjukkan hasil kerja mereka, memperoleh upah dari sang bangsawan sesuai dengan hasil kerja mereka–siapa yang bisa menghaisilkan lebih banyak, memperoleh penghargaan yang lebih banyak (ayat 16-19). Sekalipun semua orang percaya memperoleh anugerah yang sama, Allah tidak melakukan pilih kasih, akan tetapi–usaha dan keseriusan setiap orang itu berbeda–dan Tuhan, Raja yang Adil itu, akan memberi upah proporsional dengan pekerjaan masing-masing orang.

Ada hamba yang tidak menghasilkan apa-apa. Ia hanya menyimpan uang modal itu dalam sapu tangan, dan kemudian mengembalikannya utuh kepada tuannya (ayat 20). Alasannya: ia takut kepada sang tuan, karena ia menilai tuannya adalah seorang yang keras (austeros: a harsh, inhuman character) yang tidak berbelas kasihan, mengatakan bahwa tuannya itu manipulatif–mengambil apa yang bukan menjadi haknya (ayat 21).

Betapa salah cara berpikir hamba ini! Tuannya sama sekali tidak seperti yang dia pikirkan. Lihatlah buktinya: hamba pertama, diberi modal 1 mina, menghasilkan 10 mina, diberi penghargaan tidak hanya uang, tetapi diberi kekuasaan untuk memerintah 10 kota (ayat 17)! Upah yang diberikan oleh sang tuan sangat jauh melebihi daripada apa yang dikerjakan hamba itu untuk tuannya!

Kemudian, hamba yang ketiga ini lupa akan kedudukannya! Ia adalah seorang hamba (doulos: budak) yang pada zaman itu berarti adalah hak milik tuannya 100%, dia sudah tidak punya hak lagi atas hidupnya sendiri–semua dari hidupnya itu adalah milik tuannya! Sehingga, sikap dan tindakan hamba ini menunjukkan hati yang kurang ajar, tidak tahu diri dan posisinya, berani memberontak kepada tuannya.

Wajarlah, sang tuan menyebut hamba ketiga ini sebagai “hamba yang jahat“, dan sang tuan menghakimi hamba itu berdasar perkataannya sendiri (ayat 22), berdasarkan persepsi hamba itu sendiri. Padahal, kepada hamba-hamba sebelumnya sang tuan tidak memperlakukan dengan prinsip keradilan, tetapi dengan prinsip anugerah/kasih karunia, karena apa yang diberikan tuan itu jauh melebihi dari apa yang dikerjakan oleh si hamba.

Maka tuan itu menjatuhkan keputusannya: agar 1 mina yang percayakan kepadanya diberikan kepada hamba yang sudah memiliki 10 mina–berarti, persepsi hamba kjetiga ini kembali terbukti salah: sang tuan tidak mengambil 10 mina yang dihasilkan; 10 mina itu tetap menjadi milik hamba yang setia (ayat 24-25)! Ingat, Tuhan tidak membuthkan uangmu atau hartamu atau apapun yang kaucapai–ketika ia memberikan tanggung jawab, maka ia akan memberikan hasil kerja itu kepadamu–kamu juga akan yang memperoleh keuntungan, dan bahkan akan ditambah dengan upah karena kamu setia!

Kemudian, sang bangsawan itu menyuruh agar para seterunya–yaitu orang-orang yang menolak dia untuk menjadi raja, agar dibawa ke hadapannya dan dijatuhi hukuman mati (ayat 26). Suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, menolak atau menerima–pada akhirnya Tuhan Yesus tetap akan dinobatkan sebagai Raja! Setiap lutut dakan bertelut, semua lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan (Fil. 2:10-11). Nanti, pada saat kedatangan-Nya, semua makhluk akan mengakui bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan–ada yang dengan penuh sukacita dan ada yang dengan terpaksa!

Penerapan:
(1) Terus mengingat bahwa Tuhan Yesus adalah Raja dan Tuan atas hidup saya, yang berdaulat atas seluruh aspek hidup saya–sikap saya adalah: tunduk kepada-Nya.
(2) Memuji Tuhan, sebab Ia bukan Raja yang lalim dan eskploitatif, melainkan Raja yang penuh kasih, yang besar kasih setianya, yang besar anugerah dan kemurahan-Nya–sehingga saya tunduk dan melayani Tuhan sengan rela hati dan sukacita.

Views: 13

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *