Lazarus, Tuhan Sumber Pertolongan

Lukas 16:19-31

Tuhan Yesus menyampaikan sebuah perumpamaan untuk menjawab sikap orang-orang Farisi–hamba-hamba uang itu–yang mencemooh ajarannya. Perumpamaan ini pengajarkan prinsip bahwa: kekayaan bukan indikator seseorag berkenan kepada Tuhan; kekayaan tidak bisa digunakan sebagai ukuran hidup yang benar di hadapan Tuhan. Bahkan, “apa [kekayaan] yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.” (ayat 15).

Perumpamaan bercerita tentang seorang yang kaya–namanya tidak disebut–yang hidup di dalam kemewahan, dan ia menikmati kekayaannya semaksimal mungkin. Ketika ia mati ia dimasukan ke alam maut (Hades) dan menderita di sana–ia sangat kesakitan di dalam nyala api (ayat 24), sekalipun ia merasa sebagai keturunan Abraham–karena berseru “Bapa Abraham”. Ini menohok orang-orang Farisi yang membanggakan diri sebagai keturunan Abraham (Yoh. 8:33).

Tokoh kedua adalah kontras dari orang kaya itu: tiak hanya dia miskin (pengemis), tetapi juga secara fisik badannya penuh dengan borok, kemungkinan dia juga lumpuh, karena ada frasa “was laid (dibaringkan) at his gate” (ayat 19-NASB), dan kelaparan–padahal di rumah orang kaya itu setiap hari ada pesta pora (ayat 19). Tetapi, pengemis ini punya nama, yaitu Lazarus, yang berarti: Tuhan menolong–varian dari nama ini adalah: Eliezer.

Ketika Lazarus mati, rohnya dibawa oleh para malaikat. Orang Yahudi percaya bahwa para malaikat akan membawa roh orang yang benar ke sorga, ketika orang itu mati–maka ini menunjukkan bahwa Lazarus itu benar di mata Tuhan. Kemudian Lazarus ditempatkan di pangkuan Abraham–istilah ini digunakan untuk menggambarkan posisi orang pada jamuan makan pada jaman itu; menunjukkan persahabatan dan keintiman. Tuhan Yesus menekankan bahwa Lazarus adalah orang benar, karena bersama dengan Abraham–bapa leluhur umat Tuhan.

Perumpamaan ini untuk menjawab sikap orang Farisi yang membanggakan diri sebagai keturunan Abraham–sehingga yakin akan kebenaran mereka sendiri; serta cara pandang yang berpikir bahwa kekayaan merupakan indikator kebenaran seseorang. Keyakinan yang membuat orang-orang Farisi itu: menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain (Luk. 18:9).

Tuhan Yesus tidak sedang mengajar bahwa semua orang kaya akan masuk neraka. Bukankah Abraham sendiri seorang yang kaya? Daud dan Salomo juga orang-orang yang kaya. Pengikut Tuhan Yesus sendiri ada yang berasal dari golongan orang kaya, misalnya Yusuf Arimatea (Mat. 27:57) atau Barnabas (Kis. 4:36-37) dan para perempuan yang mendukung pelayanan Tuhan Yesus dengan kekayaan mereka (Luk. 8:3).

Kuncinya ada pada nama “Lazarus”, yang berarti “Tuhan adalah Penolong”–orang benar di hadapan Tuhan ketika ia menjadikan Tuhan sebagai Sumber Pertolongan, ketika ia mempercayakan dan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Konsisten dengan perumpamaan sebelumnya: seorang yang punya kekayaan harus menggunakan kekayaannya itu untuk melakukan kehendak Allah, untuk berinvestasi di Sorga–karena sadar bahwa penentu nasibnya bukan harta, melainkan Tuhan.

Cara pandang yang benar itu dicerminkan di dalam hidup yang sesuai dengan Firman Tuhan. Ketika orang kaya itu minta agar lima orang saudaranya diperingatkan agar tidak masuk neraka, Abraham menjawab agar mereka mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi (ayat 29). Orang yang menjadikan Tuhan sebagai Sumber Pertolongan akan hidup mendengarkan dan mentaati firman Tuhan.

Penerapan:
Mengingat kembali, bahwa hal yang paling penting dan paling mendasar dalam hidup saya adalah: percaya kepada Tuhan, menyembah Tuhan, dan mentaati firman Tuhan.

Views: 5

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *