Cinta dan Kebenaran Firman Tuhan

Lukas 16:14-18

Orang-orang Farisi disebut sebagai “hamba-hamba uang” (ayat 14)–kata yang dipakai philarguros merupakan gabungan kata philos yang berarti sahabat atau mencintai dan arguros, yaitu perak atau uang. Mereka adalah orang-orang yang suka atau mencintai uang. Sangat menarik: Tuhan Yesus memperingatkan murid-murid agar tidak menjadi hamba Mamon, dan orang-orang Farisi disebut sebagai hamba uang.

Mereka, orang-orang Farisi itu, setelah mendengar pengajaran Tuhan Yesus tentang bagaimana mengelola uang yang benar, memberi respons: mencemooh Tuhan Yesus (ayat 14)–to mock, sneer, scoff at, to deride. Dalam Cambridge Dictionary, “to derire” didefinisikan sebagai: “to show that you think someone or something is ridiculous or of no value“. Mereka memandang pengajaran Tuhan Yesus itu tidak mutu, tidak ada nilainya, dan hanya jadi bahan tertawaan. Respons mereka menunjukkan karakter mereka sebagai hamba-hamba uang.

Melihat bagaimana orang-orang Farisi itu mencemooh Dia, Tuhan Yesus menegur mereka dengan mengatakan bahwa: mereka membenarkan diri mereka (memandang diri mereka benar) di hadapan publik, tetapi Tuhan tahu isi hati mereka yang sesungguhnya–yaitu hati yang menjijikan/dibenci oleh Tuhan (ayat 15). Mereka tampil sebagai orang saleh di depan orang banyak, tetapi hati mereka tidak mencintai Tuhan, melainkan mencintai uang dan hal-hal duniawi lainnya, termasuk: penilaian/kekaguman manusia.

Tuhan Yesus kemudian menyatakan pengajaran yang menunjukkan bahwa orang-orang Farisi, sekalipun menagku sebagai orang yang taat kepada Hukum Tuhan, tetapi pandangan, pengajaran dan hidupnya tidak sesuai dengan Hukum Tuhan. Dalam hal perceraian, misalnya, ada berbagai tafsiran orang-orang Farisi atas Hukum Tuhan yang mengijinkan perceraian–padahal Hukum Tuhan tidak bisa diubah (ayat 17). Tuhan Yesus menegaskan bahwa ajaran yang benar adalah: ikatan pernikahan itu tetap berlaku sampai diputuskan oleh kematian. Sehingga orang yang bercerai dan menikah lagi, ia melakukan perzinahan (ayat 18).

Apa hubungannya cinta akan uang dengan sikap terhadap prinsip kebenaran Hukum Tuhan? Ketika seseorang hatinya tidak ditundukkan penuh kepada Tuhan, ketika ia tidak mengabdi total kepada Tuhan–dalam hal ini justru mengabdi kepada uang, maka ia juga tidak akan bisa setia kepada kebenaran Tuhan. Ia–sesuai kepentingan dan keinginannya–akan membuat tafsirannya sendiri atas Hukum Tuhan sendiri.

Penerapan:
Adakah sesuatu yang sangat saya cintai, sehingga sampai membuat saya membengkokkan kebenaran Firman Tuhan demi memuaskan atau membenarkan cinta saya kepada sesuatu itu?

Views: 10

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *