Hati Tuhan untuk Orang Berdosa

Lukas 15:1-10

Keyakinan seseorang akan menentukan sikap dan tindakannya. Hanya ketika keyakinan itu diubah, maka sikap dan tindakannya juga akan ikut berubah. Orang Farisi dan Ahli Taurat memiliki keyakinan mengenai kekudusan Tuhan: hidup kudus berarti terpisah dari dosa dan orang berdosa. Keyakinan itu ekstrem dan tidak diimbangi dengan sifat Tuhan yang panjang sabar dan besar kasih setianya kepada semua manusia. Akibatnya: mereka mengkritik Tuhan Yesus yang mau menerima dan bergaul dengan orang-orang berdosa (ayat 1-2).

Fakta pertama yang menarik adalah: mengapa orang-orang berdosa itu tertarik untuk datang dan bergaul dengan Tuhan Yesus? Yang jelas, bukan karena Tuhan Yesus juga hidup dalam dosa atau mentolelir dosa atau memiliki standar kekudusan yang rendah. Mereka tahu Tuhan Yesus adalah orang yang benar dan suci dan taat kepada hukum Tuhan. Lalu, mengapa mereka tertarik dan mau datang? Beda dengan sikap mereka kepada orang Farisi: takut, tidak mau mendekat. Jawabannya ada dalam ilustrasi yang diberikan oleh Tuhan Yesus untuk merespons kritik orang-orang Farisi dan para Ahli Taurat itu (ayat 3).

Ilustrasi pertama, menggunakan gambaran seorang gembala yang memiliki 100 ekor domba. Ketika ia kehilangan satu ekor di antaranya, ia pasti akan meninggalkan yang 99 untuk mencari domba hilang itu sampai ketemu. Tuhan Yesus memakai pertanyaan retoris: “Does he not leave …?” (ayat 4); untuk menunjukkan bahwa sikap gembala itu sangat wajar dan sudah semestinya. Justru aneh kalau gembala itu tidak berusaha mencarinya karena masih punya 99 ekor.

Ketika domba itu ditemukan, ia dengan penuh kegembiraan akan menggendong domba itu dan pulang ke rumah–mengundang tetangga-tetangganya untuk bersukacita bersamanya karena ia sudah menemukan domba yang hilang. Punchline ilustrasi itu: “akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan” (ayat 7).

Illustrasi kedua, tentang perempuan yang memilikiki 10 dirham dan kehilangan salah satu di antaranya. Kembali Tuhan Yesus menggunakan pertanyaan retoris: “… perempuan manakah yang … tidak mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?” (ayat 8). Menunjukkan bahwa tindakan pencarian itu adalah hal yang wajar dan sudah seharusnya dilakukan. Kemudian ia akan memanggil sahabat dan tetangganya untuk bersukacita, sebab dirham yang hilang sudah ditemukan kembali. Punchlinenya: “ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat” (ayat 10).

Kedua ilustrasi itu menggambarkan hati Tuhan: yang sangat mengasihi setiap orang, yang memandang setiap jiwa itu bernilai tinggi. Sehingga kesediaan Tuhan untuk mencari dan menerima orang-orang berdosa itu merupakan sebuah kewajaran–justru sikap para ulama Yahudi itu yang aneh dan bertentangan dengan sifat Tuhan, karena mereka tidak memandang orang-orang berdosa itu berharga.

Jawaban atas pertanyaan mengapa orang-orang berdosa tertarik untuk datang kepada Tuhan Yesus adalah: karena mereka bisa merasakan/melihat bahwa Tuhan Yesus sangat mengasihi mereka, sangat menghargai mereka, dan sangat menginginkan agar mereka bertobat dan diselamatkan. Kasih seperti ini tidak bisa dibuat-buat atau berpura-pura, karena orang pasti akan bisa mendeteksi kasih yang palsu.

Mentalitas orang farisi dan ahli Taurat tentang orang berdosa: kamu orang berdosa, kamu tidak layak dan tidak berharga di hadapan Tuhan; kamu harus menjadi orang benar dulu (seperti kami) baru bisa dipandang layak untuk datang kepada Tuhan dan ambil bagi dalam pergaulan dengan kami–itupun kamu masih ada di level bawah–tidak akan selevel dengan kekudusan kami. Mereka adalah “orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain” (Luk. 18:9).

Sebaliknya, Tuhan Yesus tidak menunggu mereka datang, namun ia yang pergi untuk mencari–seperti gembala dan perempuan dalam ilustrasi itu–mereka yang berdosa, bergaul dengan mereka, memperlihatkan kasih dan perhatian Tuhan kepada mereka, agar mereka ma bertobat dan kembali kepada Bapa.

Penerapan:
Meminta hati yang mengasihi orang lain dan orang berdosa dengan kasih yang benar–sebagaimana kasih Kristus. Meminta hati yang tidak merasa paling benar/kudus, sehingga memandang rendah dan tidak menghargai orang lain.

Views: 19

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *