Lukas 14:25-35
Tuhan Yesus tidak mencari pengikut yang banyak, tetapi Ia mencari murid sejati. Ia memberikan syarat-syarat untuk menjadi murid-Nya (ayat 25). Dan Ia meminta orang untuk tidak emosional atau terbawa eforia untuk mengikuti Dia, melainkan agar setiap orang sungguh-sungguh memikirkan dan memperhitungkan sebelum mengambil keputusan untuk menjadi murid-Nya.
Syarat pertama: datang kepada Tuhan Yesus dan membenci bapa, ibu, istri, anak, saudara, bahkan nyawanya sendiri (ayat 26). Kata “membenci” berarti: “to love less“. Sehingga syarat pertama ini menuntut orang untuk mengasihi Tuhan lebih daripada semua orang lain, termasuk lebih dari dirinya sendiri. Menempatkan Tuhan pada prioritas tertinggi dalam hidupnya.
Syarat kedua: memikul salibnya dan mengikuti Yesus (ayat 27). Yesus memikul salib karena ketaatan-Nya kepada kehendak Allah Bapa. Salib lambang kehinaan, lambang kenistaan, dan lambang penderitaan. Memikul salib berarti “daily identification with Christ in shame, suffering, and surrender to God’s will” (Wiersbe, 2007).
Setiap orang harus memikirkan dan memperhitungkan apakah ia akan memutuskan untuk mengikut Yesus. Tidak boleh emosional atau terbawa arus, melainkan harus dengan penuh kesadaran memperhitungkan konsekuensi menjadi murid Kristus. Seperti seorang yang merencanakan anggaran untuk membangun menara, atau penghitung kekuatan militer sebelum maju berperang (ayat 28:32).
Tuhan Yesus mengakhiri tantangan-Nya dengan perumpamaan tentang garam: garam yang kehilangan asinnya tidak berguna apa-apa. Dalam Matius 5:13, Tuhan Yesus menyarakna bahwa semua orang percaya adalah garam dunia. Garam yang tidak asin adalah: orang percaya yang tidak hidup sebagai murid Kristus karena tidak mau berkomitmen menyerahkan hidup penuh di bawah Kristus.
Dalam Injil Yohanes dicatat: ketika banyak pengikut-Nya mengundurkan diri dan tidal lagi mengikut Dia, karena pengajaran dan tuntutan-Nya yang tegas, Yesus bertanya kepada 12 orang murid-Nya apakah mereka tidak mau pergi juga. Simon menjawab: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” (Yoh. 6:66-69)
Tidak ada orang yang dengan kesanggupannya sendiri akan bisa memenuhi syarat yang dituntut oleh Kristus. Akan tetapi, orang yang tidak ingin hidupnya tawar, yang ingin hidupnya bermakna, mereka akan datang bersujud di kaki-Nya dan memohon: “Aku ingin menjadi murid-Mu, tapi aku tidak akan sanggup memenuhi syarat-Mu; tolonglah aku yang lemah ini agar bisa menjadi murid-Mu.”
Penerapan:
Tidak ada pilihan lain selain menjadi murid Kristus. Karena itu, terus tersungkur memohon belas kasihan dan kekuatan agar disanggupkan untuk mengiut Kristus sebagai murid-Nya.
Views: 5