Filipi 3:1-14
Salah satu pikiran yang berbahaya adalah: merasa layak/kudus/berharga karena memiliki predikat/identitas, telah melakukan usaha, dan telah mencapai prestasi. Karena hal itu akan membuat orang lupa bahwa hidupnya semata-mata karena anugerah Tuhan, bukan karena siapa dia dan apa usahanya. Itu juga akan menghasilkan kesombongan: merasa diri lebih baik/tinggi daripada orang lain; serta kegelisahan ketika melihat ada orang yang lebih “layak” dari dirinya.
Paulus menasehati jemaat Filipi agar waspada kepada orang-orang yang memiliki doktrin yang sesat. Paulus menyebut mereka sebagai: anjing–sebutan bagi orang yang dianggap kafir, pekerja yang jahat, penyunat yang palsu. Orang-orang ini mengajar/meyakini bahwa: hal-hal lahiriah merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mengalami karya keselamatan Kristus (ayat 2-3). Agaknya mereka berasal dari kelompok Yahudi–karena ada kata “penyunat” yang dipakai Paulus.
Paulus menjadikan dirinya sendiri sebagai contoh orang yang tidak mengandalkan hal-hal lahiriah, melainkan hanya bersandar kepada anugerah Tuhan di dalam Kristus. Ia menyebutkan beberapa kredensialnya: bangsa Israel asli, suku Benyamin (suku yang melahirkan raja pertama Israel), darah Ibrani asli, anggota Farisi (yang sangat ketat mentaati hukum Taurat), passion/garahnya untuk agama sudah terbukti, tidak bercacat dalam mentaati aturan-aturan dalam Taurat (ayat 4-6). Dengan kredensial seperti itu, sebenarnya Paulus jauh lebih “layak” daripada semua pengajar-pengajar palsu. Dan di masa lalu, itu semua menjadi hal yang berharga, yang dikerjar, yang dibanggakan oleh Paulus (ayat 7).
Tetapi, sekarang–setelah mengenal Kristus, Paulus menganggap semua yang dulu merupakan pancapaian/prestasi/kelebihan itu sebagai kerugian, bahkan sebagai sampah yang tidak berharga. Mengapa? Karena semua perbuatan itu tidak bisa untuk menggapai keselamatan. Keselamatan adalah semata-mata anugerah Tuhan, yang diterima melalui iman kepada Tuhan (ayat 8-9).
Tujuan hidup Paulus sekarang bukan lagi mengejar prestasi-prestasi lahiriah tadi, tetapi: untuk mengenal (knowledge) Kristus, untuk mengalami kuasa Kristus, dan untuk memiliki persekutuan/kesatuan dengan Kristus, sehingga menjadi serupa dengan Kristus (ayat 10-11)–pada akhirnya untuk bersama-sama dengan Kristus di dalam Kerajaan-Nya yang akan datang.
Paulus menyatakan bahwa sampai sekarangpun–setelah sekian lama menjalani kehidupan yang diserahkan dan yang melayani Tuhan–ia belum mencapai tujuan tersebut. Paulus tidak mengatakan bahwa ia sudah “berhasil”, sudah menjadi orang yang sempurna sesuai keinginan Tuhan; tetapi ia mengatakan bahwa ia masih dan sedang terus bertumbuh ke arah kesempurnaan itu (ayat 13).
Dengan kesadaran bahwa ia masih belum “arrived“, bahwa ia masih ada di dalam proses menuju ke tujuan Tuhan, hidup Paulus digambarkan seperti ini: (1) melupakan semua yang dibelakangnya–termasuk keinginan-keinginan untuk mencapai hal-hal lahiriah; (2) memfokuskan pandangannya ke depan, kepada tujuan Tuhan baginya; dan (3) “berlari-lari” (dioko: press toward, to pursue with earnestness and dilligence, to persecute–mengejar dengan penuh semangat yang menyala-nyala) kepada tujuan untuk memperoleh upah dalam kerajaan Allah nanti (ayat 14).
Penerapan:
(1) mengakui dosa kesombongan bahwa saya merasa layak dan unggul daripada orang lain, karena saya merasa sudah melakukan banyak hal, dan memiliki prestasi, dan memiliki pengakuan dari orang lain
(2) memohon kepada Tuhan agar saya terus-menerus menyadari bahwa hidup saya semata-mata karena anugerah Tuhan, bukan akrena siapa saya dan apa yang saya lakukan.
Views: 15