Senior Citizen yang Memberkati Jemaat

Titus 2:1-4

Di antara umat Tuhan, ada warga senior, laki-laki dan perempuan yang berusia lanjut. Mereka memiliki posisi dan peran di dalam jemaat. Mungkin mereka sudah tidak lagi bisa terlobat banyak dalam melakukan aktifitas-aktiftas dalam jemaat, tetapi mereka tetap dituntut memiliki pola hidup yang berkenan kepada Tuhan dan menjadi berkat bagi jemaat.

Laki-laki yang tua diperintahkan untuk: hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, kasih dan ketekunan. Sedangkan perempuan-perempuan tua diperintahkan agar hidup sebagai 0rang-orang beribadah, tidak memfitnah, tidak menjadi hamba anggur, tetapi cakap untuk mengajarkan hal-hal baik, dapat mendidik perempuan-perempuan muda untuk hidup benar.

Ada kehidupan pribadi yang harus diperjuangkan, dan ada tanggung jawab untuk mengajar atau menjadi teladan bagi generasi yang lebih muda. Khusus bagi laki-laki yang tua, ada karakter kehidupan yang diperintahkan. Ketika karakter-karakter itu dihidupi, maka seorang yang sudah senior akan memuliakan Tuhan di dalam posisinya sebagai senior, dan akan menjadi berkat di dalam komunitas maupun jemaat.

Karakter yang harus dibangun:
(1) sederhana (nephalios: sober, temperate, self-controlled especially in respect to wine)–kehidupan yang tidak mengumbar keinginan tetapi bisa mengendalikan diri.
(2) terhormat (semnos: grave, venerable, reverend, reutable, dignified)–kehidupan yang mendatangkan rasa hormat dan respek dari orang lain.
(3) bijaksana (sophron: discreet, sober, temperate, self-discipline, self-restrained)–tidak mengumbar emosi, tidak tergesa-gesa, tidak kemrungsung, disiplin dalam berpikir.
(4) sehat (hugiaino: sehat, tidak korup dalam doktrin) dalam iman, kasih, dan kesabaran/ketekunan.

Penerapan
Yang menjadi fondasinya adalah: cara berpikir yang benar di dalam prinsip Firman Tuhan, yang menghasilkan sikap pengendalian diri dalam segala hal: mengendalikan diri dalam makan/minum/kesenangan, mengendalikan diri dalam bicara dan bertinda; mengendalikan diri dalam emosi/kesabaran.

Views: 1

This entry was posted in Perjanjian Baru, Refleksi, Titus. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *