Karakter Pembicaraan Hamba Tuhan

Titus 2:1-4

Bertolak belakang dengan kehidupan pengajar-pengajar palsu yang disebut oleh Paul sebelumnya, tanggung jawab Titus adalah memberitakan (laleo: to talk, speak, preach) sesuai dengan doktrin (pengajaran) yang sehat (ayat 1). “Mengajar” di sini tidak dalam konteks: mengajar secara sistematis seperti di dalam kelas atau sesi pembelajaran yang formal, tetapi dalam konteks yang lebih luas/cair: berbicara, membicarakan, mempercakapkan di tengah kehidupan sehari-hari.

Apakah isi pembicaraan saya sehari-hari sesuai dengan doktrin/pengajaran yang sehat? Apa yang mendasari omongan, jawaban, komentar, respons verbal saya dalam kehidupan sehari-hari? Pendapat saya sendiri–(ide, emosi, kehendak pribadi), pendapat umum, wacana manusia, ideologi duniawi, ataukah pengajaran yang sehat, yaitu pengajaran dari prinsip kebenaran Firman Tuhan? Apakah saya bisa mempertanggungjawabkan bahwa semua kata-kata saya memiliki dasar pengajaran yang sehat dari Firman Tuhan?

Ajaran yang sehat atau sound doctrine (hugiaino didaskalia). Kata “sehat” yang digunakan adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan kondisi fisik: to be sound, to be well, to be in good health. Dalam konteks pembicaraan atau pengajaran, bermakna: true, pure, uncorrupted. Penggunaan dalam Alkitab: Pengajaran yang sesuai perkataan Tuhan Yesus Kristus (1 Tim 6:3); pengajaran-pengajaran Rasul Paulus kepada Timotius (2 Tim 1:13); bukan pengajaran yang berujuan untuk menyenangkan telinga/hati pendengar (2 Tim 4:3).

Apa yang keluar dari mulut adalah cerminan apa yang ada di dalam hati. Kalau saya ingin mengluarkan kata-kata yang sesuai dengan ajaran yang sehat, maka hati dan pikiran saya harus berisi ajaran yang sehat itu: pengajaran Tuhan Yesus, pengajaran para Rasul–pengajaran yang ada di dalam Firman Tuhan. Setiap kali akan mengatakan sesuatu atau menjawab pertanyaan, saya harus lebih dulu memastikan: apa ajaran/prinsip Firman Tuhan sehat yang menjadi dasarnya? Bagaimana prinsip kebenaran Firman Tuhan diimplementasikan di dalam kasus/isu yang sedang saya bicarakan?

Penerapan:
1. Terus tekun belajar dan merenungkan Firman Tuhan, agar hati dan pikiran saya “saturated” dengan kebenaran Tuhan, agar akal budi saya tidak serupa dengan dunia, tetapi diperbaharui oleh Firman Tuhan.
2. Berdoa di dalam setiap kesempatan berbicara, dalam percakapan informal maupun dalam forum yang formal–agar Roh Kudus mengajar saya dan mengingatkan saya akan segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Tuhan.

Views: 1

This entry was posted in Perjanjian Baru, Refleksi, Titus. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *