Tidak Pantas untuk Menuntut TUHAN

Ulangan 32:48-52

Pada hari yang sama, TUHAN berbicara kepada Musa: memerintahkan Musa untuk naik ke Gunung Nebo di tanah Moab, yang berseberangan dengan Yerikho, untuk melihat Tanah Kanaan yang akan diberikan TUHAN kepada umat-Nya. Dan Musa akan mati di gunung itu, karena Musa sudah berubah setia (broke faith, trangressed, betrayed) di hadapan seluruh umat Israel dan karena Musa tidak menghormati kekudusan TUHAN di hadapan seluruh umat Israel.

TUHAN mungkin melihat isi hati Musa yang sangat rindu untuk memasuki Tanah Perjanjian. sehingga TUHAN perlu untuk mengingatkan lagi apa alasan Musa tidak diperbolehkan memasuki Tanah Perjanjian. Di bagian awal pidato perpisahannya (Ulangan 2:23-27) Musa mengakuibahwa berkali-kali ia memohon belas kasihan TUHAN agar diijinkan masuk ke Kanaan, tetapi TUHAN tetap menolak–bahkan menjadi murka kepada Musa karena ia terus-menerus meminta agar TUHAN mengubah keputusan itu (Ulangan 3:26).

Kemuliaan TUHAN dan kekudusan TUHAN lebih penting daripada siapapun. Nama TUHAN lebih penting daripada hamba-Nya, bahkan hamba yang sekaliber Musa. Justru karena Musa merupakan hama-Nya yang sangat dahsyat dipakai, maka tuntutan TUHAN kepadanyapun menjadi jauh lebih tinggi daripada kepada orang biasa. Lagi pula, tidak ada orang yang bisa merasa berjasa sehingga berhak untuk menerima kasih karunia TUHAN; karena sebenarnya setiap orang–bahkan Musa sekalipun–adalah orang berdosa yang takdirnya hanya satu: mati karena dosa.

Penerapan:
(1) Terus mengingat betapa besar anugerah Tuhan atas hidup saya, karena Ia tidak menerapkan keadilan-Nya–membiarkan saya mati di dalam dosa; melainkan memilih untuk menyelamatkan saya.
(2) Terus mengingat betapa besar belas kasihan Tuhan atas hidup saya, yang memberikan pengampunan dan tidak menghukum setimpal dengan dosa yang sudah saya lakukan.
(3) Terus mengingat, bahwa hidup saya adalah anugerah, sehingga saya tidak pantas untuk menuntut Tuhan memberikan apa yang saya inginkan; melainkan saya sepantasnya menyerahkan hidup saya penuh kepada-Nya, menundukkan diri total kepada-Nya.

Views: 7

This entry was posted in Perjanjian Lama, Refleksi, Ulangan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *