TUHAN, Allah Yang Setia kepada Umat-Nya

Ulangan 32:1-47

Pada hari terakhirnya, Musa (didampingi Yosua Penggantinya) bernyanyi di hadapan seluruh bangsa Israel (ayat 44). Nyanyian yang seakan merangkum semua pekerjaan TUHAN atas bangsa Israel, dan seluruh perjalanan hidup bangsa Israel–tidak hanya sampai saat itu, tetapi juga mengandung nubuat tentang apa yang akan terjadi di masa depan umat TUHAN.

Ayat 1-4. Musa membuka nyanyiannya dengan seruan agar semua orang–bahkan alam semesta mendengarkan dan memperhatikan apa yang akan dikatakannya. Mengapa? Karena Musa memproklamirkan nama TUHAN yang besar. Musa memuji TUHAN sebagai Batu Karang, yang karya-Nya sempurna, jalan-Nya adil, Allah yang setia, benar dan adil.

Ayat 5-9. Musa mengkontraskan TUHAN dengan bangsa Israel yang tidak setia; yang berlaku busuk dengan mengkhianti TUHAN, yang membalas kemurahan TUHAN dengan pemberontakan; padahal TUHAN adalah Bapa yang menciptakan, menjadikan, dan menegakkan mereka. Musa mengingatkan bahwa sekalipun TUHAN menciptakan semua bangsa-bangsa yang ada, namun Ia memutuskan untuk memilih satu bangsa, yaitu Israel, untuk menjadi bagian-Nya, menjadi umat-Nya.

Ayat 10-14. Musa menggambarkan bagaimana TUHAN menjadikan Israel: bagaimana Ia menemukan mereka di tengah padang gurun yang tandus, kemudian Ia mengelilingi mereka, merawat dan melindungi mereka seperti biji mata-Nya. Perawatan TUHAN kepada Israel diumpamakan sebagaimana burung rajawali merawat anak-anaknya. Musa menegaskan bahwa hanya TUHAN satu-satunya yang menjadikan, memelihara, dan membesarkan Israel, tidak ada allah lain yang terlibat atau berkontribusi.

Ayat 15-18. Tetapi, ketika Israel sudah menjadi besar dan makmur, mereka melupakan TUHAN, mereka berpaling menyembah allah-allah lain–yang sama sekali tidak melakukan apa-apa untuk menjadikan dan membesarkan mereka. Mereka memberikan persembahan kepada allah-allah lain, yang sebelumnya tidak dikenal oleh leluhur mereka, yang “datang belakangan”.

Ayat 19-26. Respons TUHAN–karena Ia Allah yang kudus dan benar dan adil: menolak mereka (spurned, abhorred). Respons yang sangat pantas bagi bangsa yang jahat, yang tidak tahu terima kasih, yang tidak setia, yang berkhianat. TUHAN memakai bangsa-bangsa yang bukan bangsa pilihan-Nya untuk menghukum Israel. Pembalasan/murka TUHAN sangat dahsyat: tidak hanya serangan musuh, tapi juga kelaparan, paceklik, malapetaka/kesialan, dan wabah penyakit.

Ayat 27. Hanya saja, TUHAN tidak total menghabisi umat-Nya, supaya bangsa-bangsa asing tidak menjadi sombong dan mengklaim kemenangan mereka adalah karena usaha dan kekuatan mereka sendiri. Apapun yang dilakukan TUHAN, itu akan membuat semua bangsa gentar dan mengakui bahwa TUHANlah Allah Semesta Alam, melebihi segala allah bangsa-bangsa.

Ayat 28-33. Musa menggambarkan kebebalan Israel. Sebab, sekalipun mereka sudah mengalami berbagai malapetaka itu, mereka masih juga tidak sadar/mengerti bahwa itu adalah murka TUHAN karena pemberontakan mereka. Begitu bebalnya orang Israel, sehingga ketika mereka dikalahkan oleh bangsa-bangsa lain, mereka tidak jugsadar bahwa TUHAN ada di balik semua itu. Sehingga di dalam semua malapetaka yang mereka alami, mereka masih tidak berbalik kepada TUHAN.

Ayat 34-43. Sekalipun TUHAN mengijinkan bangsa-bangsa mengalahkan Israel, namun Ia akan membalas mereka atas segala kejahatan mereka. Pada waktunya, pembalasan TUHAN akan menimpa mereka. Kapan itu? Ketika TUHAN sudah melihat Israel tak berdaya sama sekali, ketika semua kekuatan mereka sudah lenyap–saat itulah TUHAN akan kembali menghampiri umat-Nya untuk menolong mereka. TUHAN akan membalas darah umat-Nya dan memberikan pendamaian bagi tanah mereka. Dan umat-Nya dan semua bangsa akan melihat dan mengakui bahwa Ia adalah TUHAN, tidak ada Allah kecuali Dia! Satu-satunya Allah yang mematikan dan yang menghidupkan, yang meremukkan dan menyembuhkan–tak ada seorangpun yang bisa melepaskan diri dari tangan-Nya (ayat 39).

Penerapan:
(1) Menyembah Tuhan oleh karena kasih setia-Nya yang begitu besar atas hidup saya–yang sesungguhnya tidak pantas untuk menerima kasih setia-Nya.
(2) Menunjukkan penghargaan dan ucapan syukur atas kemurahan Tuhan: kepada Tuhan dan kepada pasangan hidup saya.

Views: 28

This entry was posted in Perjanjian Lama, Refleksi, Ulangan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *