Sifat TUHAN Dalam Hukum-hukum-Nya

Ulangan 21:10-23

Ketetapan-ketetapan TUHAN mencerminakan sifat TUHAN. Semua ketetapan yang diperintahkan oleh TUHAN kepada umat-Nya menunjukkan sifat-Nya yang kudus, benar, dan adil–sehingga setiap dosa akan mendapat hukuman atau konsekuensinya. Pada saat yang sama, ketetapan-ketetapan TUHAN juga menunjukkan sifat-Nya yang murah hati, yang menghargai martabat manusia, dan yang setia kepad perjanjian-Nya. Umat TUHAN, ketika melakukan ketetapan TUHAN dengan setia, akan mencerminkan sifat-sifat TUHAN itu sebagai karakteristik bangsa–yang membedakan meraka dari bangsa-bangsa lain yang tidak menyembah TUHAN.

Ayat 10-14. TUHAN memerintahkan agar umat-Nya tidak berlaku kejam, bahkan kepada tawanan–yang pada zaman itu bisa diperlakukan dengan sewenang-wenang. Ketika seorang Israel menyukai perempuan tawanan perang, ia boleh memilikinya sebagia istri dengan cara yang terhormat: (1) perempuan ituhaus dibersihkan; (2) perempuan itu mengganti pakaian tawanannya; (3) perempuan itu tinggal selama 1 bulan untuk berkabung atas keluarganya; (4) barulah boleh terjaid hubungan suami-istri–ayat 10-13.

Apabila orang Israel itu tidak lagi menyukai perempuan itu, maka ia harus melepaskannya secar a terhormat pula: (1) membiarkan perempuan itu pergi ke manapun ia mau–tidak boleh dilarang atau dibatasi; (2) tidak boleh dijual sebagai budak–sebab ia sudah menjadi orang merdeka sejak diperistiri; (3) tidak boleh diperlakukan dengan kejam atau kasar. Alasannya: perempuan itu sudah diceraikan, tetapi ia harus tetap mempertahankan martabatnya–ayat 14.

Ayat 15-17. Ada kemungkinan seorang lakai-laki Israel memliki lebih dari satu istri; dan ia lebih mencintai salah satu istrinya. Apabila semua istri itu melahirkan anak laki-laki, maka anak laki-laki yang pertama lahir yang mendapat hak kesulungan, sekalipun anak itu dilahirkan dari istri yang tidak dicintainya. Ia tidak boleh memberikan hak kesulungan kepada anak istri yang lebih dicintainya, kalau memang anak itu bukan anak sulung. Ini bentuk penghargaan TUHAN kepada perjanjian-Nya.

Ayat 18-21. Ketika satu keluarga memiliki anak yang pemberontak dan keras kepala; tidak menghormati dan tidak tunduk kepada orangtunaya, sekalipun sudah ditegur dan didisiplin–dan orangtuanya sudah tidak sanggup mendidiknya–ayat 18. Maka orangtuanya bisa membawanya kepada tua-tua kota di mana mereka tinggal, dan menyerahkan anak itu untuk diadili oleh komunitas. Maka semua orang laki-laki di kota itu harus merajam anak durhaka itu sampai mati, dengan demikian mereka melenyapkan kekejian dari antara mereka sendiri, dan orang akan menjadi gentar kepada TUHAN.

Ayat 22-23. Apabila ada orang yang melakukan kejahatan berat dan harus dihukum mati, maka mayatnya harus digantung di pohon. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa orang itu dikutuk oleh TUHAN; sehingga menjadfi pringatan bagi semua orang yang melihatnya. Meskipun demikian, mayat itu tidak boleh dibiarkan tergantung sampai malam, tetapi ia harus dikuburkan pada hari itu juga. Supaya tanah perjanjian yang diberikan TUHAN kepada umat-Nya yang ditinggali tidak menjadi tercemar.

Penerapan:
Berkomitmen untuk hidup sesuai dengan ketetapan Tuhan, sehingga hidup saya memancarkan sifat-sifat Tuhan.

Views: 5

This entry was posted in Perjanjian Lama, Refleksi, Ulangan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *