TUHAN Menuntut Pertangungjawaban Atas Nyawa Manusia

Ulangan 21:1-9

Kadang TUHAN, Sang Mahatahu, di dalam hikmat-Nya mengijinkan ada pembununhan yang tidak terungkap (ayat 21); mengijinkannya sebagai misteri. Tidak semua pertanyaan harus ada jawabannya. Ketika ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab, maka sikap yang benar adalah: percaya kepada TUHAN dan menundukkan diri di bawah kedaulatan-Nya. Iman adalah mempercayai TUHAN sekalipun tidak memperoleh jawaban; terus berharap kepada TUHAN sekalipun tidak bisa melihat; tunduk kepada TUHAn sekalipun tidak tahu alasan dan tujuannya.

Ketika ada kasus pembunuhan yang misterius–tidak diketahui siapa yang membunuh–maka umat TUHAN harus melaukan sebuah ritual. Para pemimpin umat harus mencari kota mana yang paling dekat jaraknya dengan lokasi mayat orang yang terbunuh itu. Kemudian, dari kota yang paling dekat, harus diambil seekor lembu betina muda yang sama sekali belum pernah digunakan. Lembu itu dibawa ke lembah yang selalu ebrair dan belum pernah digarap. Di sana leher lembu muda itu harus dipatahkan–lambang bahwa pembunuhan itu harus dibalas dengan hukuman mati (ayat 2-4).

Kemudian, di hadapan para imam suku Lewi, semua tua-tua dari kota yang paling dekat itu harus membasuh tangan mereka di atas lembu muda tadi dengan mengatakan: “Tangan kami tidak mencurahkan darah ini dan mata kami tidak melihatnya. Adakanlah pendamaian bagi umat-Mu Israel yang telah Kautebus itu, TUHAN, dan janganlah timpakan darah orang yang tidak bersalah ke tengah-tengah umat-Mu Israel” (ayat 5-8).

Dengan demikian, telah diadakna pendamaian antara TUHAN dengan umat-Nya, sebab TUHAN akan memperhitungkan setiap darah yang tertumpah atau nyawa yang hilang karena perbuatan seseorang. Sehingga, TUHAN tidak akan menimpakan murka pada umat-Nya karena ada satu orang yang terbunuh (ayat 8b-9).

Kalau sifat TUHAN itu adalah menghargai nyawa satu orang, dan setiap nyawa yang hilang karena pembunuhan itu bisa mendatangkan murka atas umat-Nya, maka sikap membenci orang lain yang begitu kuat sampai-sampai mengharapkan kematian orang itu merupakan perkara yang tidak benar di hadapan TUHAN. Kebencian yang dalam kepada orang lain adalah perkara yang bisa mendatangkan murka TUHAN.

Penerapan
Berdoa agar hati saya dibebaskan dari kebencian atau kemarahan kepada orang lain–sekalipun saya merasa berkah, atau saya memiliki alasan untuk itu; sebab sikap hati seperti itu tidak berkenan kepada Tuhan dan justru bisa mendatangkan murka Tuhan kepada saya.

Views: 12

This entry was posted in Perjanjian Lama, Refleksi, Ulangan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *