TUHAN, Allah yang Pencemburu dan Penyayang

Ulangan 4:24-40

Mengapa umat TUHAN harus lakukan segala peraturan dan ketetapan TUHAN? Pada bagian sebelumnya, Musa mengajarkan alasan ketaatan itu dari perspektif: konsekuensi yang akan dialami. Kalau taat melakukan, maka umat TUHAN akan hidup, terhindar dari celaka, memperoleh hikmat/pengetahuan, dan dimuliakan oleh bangsa-bangsa lain. Pada bagian ini, Musa mengajarkan alasan ketaatan dari perspektif sifat/karakter TUHAN: (1) TUHAN adalah Allah yang cemburu; (2) TUHAN adalah Allah penyayang.

“TUHAN, Allahmu, adalah api yang menghanguskan, Allah yang cemburu” (ayat 24). Penyembahan berhala dan kejahatan yang dilakukan umat TUHAn akan menimbulkan sakit hati-Nya. TUHAN akan menjatuhkan pembalasan yang dahsyat kepada penyembahan berhala. pertama, TUHAN akan memunahkan sebagian besar umat-nya, dan TUHAN akan menyerakkan/menyingkirkan sedikit dri umat-Nya di antara bangsa-bangsa.

Di pembuangan, umat TUHAN akan dipaksa untuk menyembah berhala, untuk beribadah kepada allah-allah buatan tangan manusia dari kayu dan batu. Mereka akan merasakan fakta sebenarnya penyembahan berhala itu, yaitu penyembahan kepada ssuatu yang tidak hidup, yang tidak punya kuasa, yang tidak bisa berbuat apa-apa–penyembahan yang bodoh dan hanya ilusi saja! “Maka di sana kamu akan beribadah kepada allah, buatan tangan manusia, dari kayu dan batu, yang tidak dapat melihat, tidak dapat mendengar, tidak dapat makan dan tidak dapat mencium.” (ayat 28).

Barulah ketika sama sekali tidak bisa menyembah TUHAN, dan hanya beribadah kepada benda mati, umat TUHAN akan sadar bahwa TUHAN, Allah mereka, yang mereka tinggalkan itu adalah Pribadi yang hidup, yang berkuasa, yang berrespons. Maka, barulah mereka akan mencari TUHAN, barulah mereka akan kembali kepada TUHAN dan mendengarkan suara-Nya (ayat 29-30). Ketika umat-Nya keras kepala dan bebal tidak mau bertobat dari dosanya, TUHAN akan membiarkan mereka di dalam dosa itu, supaya mereka melihat dan mengalami fakta sebenarnya: kesesakan, penderitaan, kekosongan, keterputusan hubungan dengan TUHAN.

“TUHAN, Allahmu, adalah Allah Penyayang” (ayat 31). Sekalipun TUHAN menumpahkan murka-Nya kepada umat yang berdosa, yang meninggalkan-Nya untuk beribadah kepada allah lain, tetapi TUHAN tidak akan meninggalkan umat-Nya dan tidak akan memusnahkan umat-Nya sampai total–sebab TUHAN adalah setia, Ia tidak akan melupakan perjanjian yang telah diikrarkan-Nya dengan sumpah (ayat 31). TUHAN memang membuang umat-Nya karena dosa mereka, tetapi Ia tidak pernah meninggalkan mereka. Sebab TUHAN adalah Allah Penyayang, Allah yang setia.

TUHAN memperlakukan umat-Nya dengan sangat istimewa–jauih melebihi perlakukan TUHAN kepada bangsa-bangsa lain. Belum pernah terjadi di dalam sejarah dunia ini, di mana TUHAN datang untuk mengambil satu bangsa untuk dijadikan milik-Nya sendiri. Dan tidak pernah terjadi di mana untuk memperoleh bangsa itu, TUHAN menyatakan kuasanya dengan tanda, mujizat, kemenangan perang, dan kedahsyatan–sebagai demonstrasi pemilihan dan kepemilikan TUHAN atas suatu bangsa (ayat 32, 34).

TUHAN juga berkomunikasi dengan cara yang istimewa dengan umat-Nya. Hanya TUHAN, Allah Israel, saja yang menyatakan Diri dengan nyata–yang berbicara langsung dengan suara dari langit yang dapat didengar oleh seluruh bangsa. “Dari langit Ia membiarkan engkau mendengar suara-Nya untuk mengajari engkau, di bumi Ia membiarkan engkau melihat api-Nya yang besar, dan segala perkataan-Nya kaudengar dari tengah-tengah api.” (ayat 33, 36).

TUHAN melakukan itu semua, TUHAN memperlakukan Israel dengan istimewa–memanjakan Israel, karena Ia mengasihi nenek moyang mereka dan memilih keturunan mereka (ayat 37). Bukan karena mereka bangsa yang hebat/besar, bangsa yang baik atau bermoral–tetapi karena TUHAN memutuskan untuk mengasihi mereka. Pemilihan Israel adalah hak prerogatif TUHAN. Tidak bisa dicari alasannya, kecuali satu: di dalam kedaulatan dan kebebasan-Nya, TUHAN memutuskan untuk memilih Israel sebagai umat kepunyaan-Nya sendiri.

Penerapan:
(1) Memuji Tuhan sebab Ia setia kepada perjanjian-Nya, sehingga, apapun yang terjadi, Ia tidak akan pernah meninggalkan saya. Sekalipun Ia menjatuhkan murka ketika saya berdosa, tetapi Ia tidak akan meninggalkan saya–Ia akan memulihkan mereka kembali ketika umat-Nya bertobat.
(2) Memuji Tuhan sebab Ia memilih umat-Nya, sebab Ia memutuskan untuk mengasihi saya. Keputusannya untuk mengasihi saya bukan karena saya memiliki kualitas yang lebih baik dari orang lain. Tuhan memilih karena Ia bebas memilih siapa saja–dan puji Tuhan! Ia memutuskan untuk memilih saya.

Views: 14

This entry was posted in Perjanjian Lama, Refleksi, Ulangan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *