TUHAN, Sumber Keberhasilan

Ulangan 2:16-37

Ketika dari bangsa Israel telah habis binasa semua prajurit–38 tahun kemudian–seperti yang telah dinyatakan TUHAN dengan bersumpah, TUHAN memberikan perintah yang baru kepada umat-Nya melalui Musa. TUHAN memerintahkan agar bangsa itu mulai berjalan melintasi perbatasan Moab, menyeberangi sungai Arnon, dan TUHAN menunjukkan wilayah-wilayah yang diserahkan-Nya untuk diduduki umat-Nya. Yang pertama adalah: wilayah Hesybon milik bangsa Amori yang dipimpin oleh seorang raja bernama Sihon: “Ketahuilah, Aku menyerahkan Sihon … beserta negerinya ke dalam tanganmu; mulailah menduduki negerinya dan seranglah Sihon.” (ayat 24).

Ada waktunya untuk berjalan saja, ada waktuya untuk menetap di suatu tempat, ada waktunya untuk berdiam diri–sekalipun potensi dan peluang ada di depan mata, dan ada waktunya untuk menyerang dan menduduki wilayah–semuanya itu berdasarkan kehendak dan perintah TUHAN. Yang pertama-tama bukanlah analisis atas potensi dan peluang, tetapi apakah TUHAN memerintahkan untuk melaklukannya. Setelah jelas bahwa TUHAN memerintahkan, barulah segala macam strategi dan taktik itu bisa mulai ibuat dan dilakukan. Kunci kemenangan adalah: perintah TUHAN!

TUHAN memberikan janji kepada umat-Nya bahwa Ia akan menyertai mereka dan memberi kemenangan. Bukan saja Ia sudah menyerahkan negeri itu ke dalam tangan mereka, tetapi Ia juga mendahului bekerja di antara bangsa-bangsa yang akan mereka serang: “Pada hari ini Aku mulai mendatangkan ke atas bangsa-bangsa di seluruh kolong langit keseganan dan ketakutan terhadap kamu, sehingga mereka menggigil dan gemetar karena engkau, apabila mereka mendengar tentang kamu.” (ayat 25). Tuhan tidak hanya berjanji, tiak hanya memerintah, tetapi juga memperlengkapi/ memfasilitasi. TUHAN tidak pernah memerintahkan umat-Nya untuk berangkat sendirian.

Musa mengajari bagaimana melakukan perintah TUHAN. Setelah menerima janji dan perintah TUHAN, Musa mengirim utusan untuk menemui Sihon, meminta ijin untuk melewati wilayah mereka dengan damai–karena tujuan umat Israel adalah menyeberang sungai Yordan (ayat 26-29). Mengapa Musa mengirim pesan damai kepada Sihon? Bukankah TUHAN sudah memerintahkan untuk menyerang dan menduduki wilayahnya? Ini adalah bagian langkah-langkah yang logis/masuk akal, yang memang perlu dilakukan. Sekaligus menjadi cara mencari peneguhan janji TUHAN.

Dan, seperti yang telah dinyatakan TUHAN, Sihon mengeraskan hatinya sehingga menolak permintaan damai dari Musa; bahkan Sihon dan seluruh tentaranya maju mendatangi umat TUHAN untuk memerangi mereka. Lihatlah, bukan Israel yang mencari gara-gara, tetapi Sihonlah yang berinisiatif untuk maju menyerang mereka–ini semua ada di dalam pengaturan TUHAN. Dan itu menjadi tanda dimulainya penggenapan janji TUHAN: “Ketahuilah, Aku mulai menyerahkan Sihon dan negerinya kepadamu. Mulailah menduduki negerinya supaya menjadi milikmu.” (ayat 31).

Peperangan pertama oleh generasi Israel yang baru! Peperangan yang tertunda 38 tahun lamanya. TUHAN mengembalikan umat-Nya ke titik di mana mereka pernah membertontak, dan sekarang mereka melihat penggenapan janji TUHAN–yang dulu tidak dipercayai oleh orangtua mereka–karena mereka taat kepada TUHAN. “TUHAN, Allah kita, menyerahkan dia kepada kita, sehingga kita megalahkan dia dengan anak-anaknya dan seluruh tentaranya.” (ayat 33). TUHANlah yang bekerja–karena Ia telah menyerahkan Sihon, maka Israel bisa mengalahkannya.

Isarel tidak hanya mengalahkan seluruh tentara Sihon di meran perang itu, tetapi mereka kemudian merebut semua kota satu-persatu. Mereka menduduki kota, menumpas semua penduduknya, dan merampas harta jarahan dan ternaknya. “Tidak ada kota yang bentengnya terlalu kuat bagi kita, sebab TUHAN, Allah kita, menyerahkan semuanya kepada kita.” (ayat 36). Mulai dari Aroer sampai Gilead–ini adalah seluruh wilayah sebelah timur sepanjang sungai Yordan–mulai dari laut mati sampai dengan danau Galilea. Apa yang dulu membuat gentar orantgua mereka: penduduk yang banyak dan besar, kota benteng yang kuat–semuanya itu ternyata bisa dikalahkan. TUHAN sudah berjanji, TUHAN akan menepati. Masalahnya: apakah saya percaya atau tidak?

Penerapan:
(1) Membangun pola Illahi dalam melakukan proyek/rencana: mencari janji Tuhan dan kehendak Tuhan apakah Tuhan menyerahkan proyek itu dan memerintahkan saya melakukannya; setelah jelas janji dan perintah Tuhan, barulah melangkah mengikuti “cara normal” sesuai prosedur yang ada.
(2) Bersyukur kepada Tuhan, yang memberi kesempatan untuk “menebus” ketidaktaatan di masa lampau–sebab Tuhan setia dengan janji-Nya. Sekalipun sudah “wasting time” bertahun-tahun, tetapi di dalam Tuhan, diperkenankan memulai kembali dengan ketaatan; Tuhan akan menyertai, memberkati, dan menggenapi janji-Nya.

Views: 8

This entry was posted in Perjanjian Lama, Refleksi, Ulangan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *