TUHAN, Penguasa Bangsa-bangsa

Ulangan 2:1-15

Pengembaraan Israel lekaukan dengan berjalan berputa-putar di padang gurun. Dari Kadesh-Barnea, di mana mereka memberontak kepada TUHAN, 38 tahun lamanya mereka mengembawa (ayat 14). Proses yang lama itu untuk menunggu: “sampai seluruh angkatan itu, yakni prajurit, habis binasa dari perkemahan, seperti yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada mereka; dan tangan TUHAN juga melawan mereka untuk menghamburkan mereka dari perkemahan, sampai mereka habis binasa.’ (ayat 14-15).

Betapa baiknya TUHAN itu: Ia tidak langsung membinasakan seluruh angkatan yang memberontak dalam seketika–walau Ia bisa melakukannya; tetapi Ia membiarkan secara alamiah–38 tahun–mereka satu-persatu mati. Karena dalam 38 tahun itu juga, TUHAN membesarkan dan mendewasakan anak-anak generasi baru, sampai mereka mencapai usia yang siap menggantikan orangtua mereka untuk menerima penggenapan janji TUHAN.

Dalam perjalanan pengembaraan–perjalanan hukuman–itu, TUHAN tidak meninggalkan umat-Nya, tetap Ia terus menyertai mereka. Ia menuntun ke mana mereka harus berjalan, kapan berjalan, kapan berhenti, ke mana harus berbelok, ke arah mana mereka harus menuju. Dan selama masa penghukuman itu, TUHAN tidak berhenti memberkati umat-Nya: “Sebab TUHAN, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaan tanganmu. Ia memperhatikan perjalananmu melalui padang gurun yang besar ini; keempat puluh tahun ini TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, dan engkau tidak kekurangan apapun.” (ayat 7). Betapa baik dan setianya TUHAN itu!

TUHAN juga mengajarkan kedaulatan-Nya kepada bangsa Israel. Sekalipun mereka disertai oleh TUHAN, sekalipun bangsa-bangsa yang wilayahnya mereka lewati itu mengalami kegentaran kepada umat TUHAN: “…mereka akan takut kepadamu.” (ayat 4). Akan tetapi, TUHAN memerintahkan agar umat-Nya tidak menyerang wilayah bangsa-bangsa yang tidak diberikan TUHAN kepada mereka. Kekuatan dan penyertaan TUHAN tidak boleh membuat umat TUHAN memakainya untuk berbuat sesuka hati mereka–mereka tetap harus tunduk di bawah otoritas TUHAN. Sekalipun mereka kuat dan ditakuti, umat TUHAN tidak boleh mengambil apa yang bukan menjadi hak/bagian mereka.

TUHAN telah memberikan wilayah-wilayah tertentu yang tidak boleh direbut oleh Israel. Misalnya wilayah pegunungan Seir, di mana bangsa Edom–keturunan Esau–tinggal. TUHAN sudah menetapkan wilayah itu sebagai milik keturunan Esau, maka TUHAN tidak akan memberikan kepada Israel “setapak kaki dari negeri mereka” (ayat 5). Demikian pula untuk wilayah padang gurun Moab, TUHAN melarang Israel menyerang bangsa Moab, sebab TUHAN sudah memberikan wilayah itu kepada keturunan Lot menjadi milik mereka (ayat 9).

Prosesnya mirip dengan apa yang sedang dialami Israel: dulu wilayah-wilayah itu juga ditempati bangsa-bangsa lain, tetapi TUHAN memberikannya kepada Esau dan Lot, maka TUHAN memberikan kemenangan kepada keturunan Esau dan Lot untuk menghalau bangsa-bangsa asli dan menduduki wilayah mereka. Pada akhirnya, bukan kekuatan suatu bangsa yang menentukan, tetapi rencana dan kehendak TUHANlah yang mengatur semuanya. Betapa besar TUHAN itu, Ia yang mengendalikan dan mengatur bangsa-bangsa–sebuah bangsa menjadi besar atau punah, itu ada di tangan TUHAN!

Salah satu faktor terpenting adalah: perjanjian TUHAN dengan Abraham! Lot memperoleh janji TUHAN karena ia bagian dari keluarga Abraham. Esau memperoleh wilayah karena janji TUHAN melalui berkat Ishak–yang adalah anak Abraham. Sesungguhnyalah, TUHAN menepati janji-Nya kepada Abraham: “karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja.” (Kejadian 17:5-6).

Terpujilah Tuhan yang membuat perjanjian dengan orang yang dipilih-Nya untuk mendapat kasih karunia-Nya. Terpujilah Tuhan yang setia dengan janji-Nya, dan selalu menepati janji-Nya.
Terpujilah Tuhan yang berkuasa atas dan mengendalikan bangsa-bangsa, tangan Tuhan yang membesarkan mereka atau memunahkan mereka.
Terpujilah Tuhan yang telah membagi-bagikan hak/bagian kepada tiap-tiap bangsa, terpujilah Tuhan yang menjaga dan mempertahankan hak/bagian itu.
Terpujilah Tuhan yang berhikmat dan mahatahu, yang membiarkan proses berjalan dengan waktu, bukan karena kurang kuasa, tetapi karena Ia mengatur segala sesuatu supaya indah pada waktunya (Pengkhotbah 3:11).

Penerapan:
(1) Memuji Tuhan untuk kuasa-Nya, untuk kedaulatan-Nya, untuk pemerintahan-Nya, untuk kesetiaan-Nya, untuk hikmat-Nya, dan untuk belas kasihan-Nya.
(2) Meneruskan hidup yang terus mendengar pimpinan Tuhan–sebab melakukan sesuatu itu dasarnya tidak bleh hanya mampu dan ada kesempatan. Dasar satu-satunya adalah: apakah Tuhan mengehendakinya.

Views: 5

This entry was posted in Perjanjian Lama, Refleksi, Ulangan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *