Kalau Yesus Saja Berdoa, Apalagi Saya.

Markus 1:35-38

Pagi-pagi benar, ketika hari masih gelap (jauh sebelum fajar, a great while before day), Yesus bangun, meninggalkan rumah (Simon) dan pergi ke tempat yang sunyi (eremos: uninhabited, remote, secluded place)–kata yang sama diterjemahkan dengan “padang gurun” (1:12-13), menunjukkan tempat Ia menyendiri 40 hari dan dicobai Iblis. Di tempat yang sunyi, terpencil, tersembunyi itu, Yesus berdoa sendirian.

Mengapa Yesus berdoa? Bukankah Dia Anak Allah yang dikasihi dan diperkenan oleh Bapa? Yesus, sekalipun Anak Allah, menjalani hidup-Nya di bumi sebagai manusia–dengan semua atribut alamiah kemanusiaan dalam aspek tubuh dan jiwa (pikiran, perasaan, kehendak). “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” (Ibr 4:15). Yesus dapat tetap taat kepada Bapa karena pimpinan, kuasa/kekuatan dan kesanggupan dari Bapa–yang diperoleh-Nya melalui doa.

Mengutip kata-kata-Nya sendiri: “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (14:38). Rahasia hidup Yesus adalah: kehidupan doa-Nya. Di dalam waktu-waktu berdoa itu Ia mengerti kehendak Bapa, Ia mendapat kekuatan menghadapi pencobaan Iblis dan penolakan manusia, dan Ia memperoleh kesanggupan untuk tunduk dan taat menjalani kehendak Bapa-Nya-sekalipun hati-Nya sangat gentar dan enggan.

Kalau Yesus memerlukan waktu berdoa, apalagi saya? Tidak berdoa berarti merasa bisa menjalani hidup dengan kekuatan sendiri. Tidak berdoa adalah bentuk kesombongan, karena merasa kuat. Tidak berdoa berarti memutuskan relasi dengan Sumber Kekuatan, Sumber Hikmat, Sumber Kehidupan. Kesibukan, kesenangan,persoalan, dan pencobaan itu menyebabkan saya enggan, malas, takut, atau merasa tidak layak untuk berdoa–dan itu berarti membawa kepada kondisi yang makin buruk dan berbahaya.

Yesus bisa berdoa di manapun juga dan kapanpun juga. Tetapi Ia membuat waktu sendirian untuk berdoa, di tempat yang sunyi. Selama 40 hari berdoa dan berpuasa di padang gurun untuk dicobai Iblis. Pagi-pagi benar, Ia berdoa di tempat sunyi, di awal-awal pelayanan di Galelia. Beberapa kali ia menyendiri untuk berdoa semalam-malaman, terpisah dari keramaian orang banyak. Dan pada malam Ia akan ditangkap, Yesus berdoa dan bergumul sendirian di tempat tersembunyi.

Tempat yang sunyi dan sendirian–karakteristik Yesus di dalam berdoa. Dan biasanya, Ia berdoa pada malam hari (semalam-malaman sampai pagi) atau dini hari. Mengapa? Supaya tidak terganggu dengan kesibukan melayani dan berinteraksi dengan orang lain. Supaya bisa fokus bersekutu dengan Bapa-Nya. Yang dikorbankan adalah: waktu tidur/istirahat-Nya, dan waktu untuk Diri-Nya sendiri. Bukan waktu untuk melakukan pekerjaan/melayani, bukan waktu di mana orang datang untuk menerima/meminta pelayanan dan pertolongan-Nya.

Penerapan
Kalau saya ingin memperoleh pimpinan dan hikmat untuk tahu kehendak Tuhan, mendapat kesanggupan untuk menang atas pencobaan/dosa, dan mengalami kuasa dari Tuhan, maka tidak ada cara lain kecuali: menyingkir ke waktu/tempat yang sunyi, dan memberikan waktu lama untuk berdoa.

Views: 13

This entry was posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *