Iman kepada Kuasa Tuhan

Markus 1:29-34

Ada 4 peristiwa yang dicatat oleh Markus di dalam bagian ini: (1) Yesus menyembuhkan ibu mertua Simon; (2) Yesus menyembuhkan dan mengusir setan dari banyak orang. Konteksnya masih di Hari Sabat yang sama ketika orang banyak takjub melihat kuasa Yesus, baik dalam mengajarkan Firman Tuhan maupun kuasanya atas roh-roh jahat.

Dalam peristiwa pertama, setelah keluar dari rumah ibadat, Yesus bersama Yakobus dan Yohaanes pergi (atau lebih tepatnya dibawa/diajak) ke rumah Simon dan Andreas. Untuk apa? Kemungkinan besar untuk makan malam Sabat sebagaimana tradisi Yahudi mengajarkan. Di sana didapati ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam–dalam Injil Lukas (4:38) ditulis “demam keras” (sunecho megas puretos: dicengkeram demam besar), jadi ini bukan demam biasa, melainkan demam yang berat yang mencengkeram sampai membuatnya harus berbaring.

Mereka segera memberi tahu Yesus tentang kondisi perempuan itu, dan Yesus mendatangi tempat perempuan itu terbaring, memegang tangannya dan menolong/menariknya untuk bangkit. Seketika itu juga, demam itu pergi dan perempuan itu melayani mereka; artinya, tidak hanya demam itu pergi, tetapi kekuatan tubuh ibu mertua Simon juga dikembalikan saat itu juga, sehingga ia bisa langsung melayani Yesus dan murid-murid-Nya.

Bukankah sebenarnya murid-murid tidak perlu meminta pertolongan Yesus? Bukankah mereka bisa tetap melakukan makan malam tanpa dilayani ibu mertua Simon? Cukup meminta maaf dan mohon pengertian kepada Yesus bahwa makan malam Sabat itu akan disajikan mungkin dengan lebih sederhana karena ibu mertua Simon sedang sakit. Atau sama sekali tidak perlu memberitahukan kondisi perempuan itu kepada Yesus, supaya sebagai tamu Ia tidak usah direpotkan atau jadi kepikiran.

Tetapi, itulah ekspresi iman yang sederhana, iman seorang anak kecil–tidak melakukan kategorisasi masalah apa yang perlu pertolongan Tuhan dan apa yang bisa ditangani sendiri. Iman yang menerima dan menghargai anugerah/kemurahan Tuhan dengan sepenuhnya, memanfaatkan dan memakai kemurahan Tuhan semaksimal mungkin. Tidak merasa kuat, tidak merasa bisa mengatasi sendiri, tetapi meminta pertolongan/kekuatan dari Tuhan untuk situasi dan kebutuhan apapun juga.

Malam harinya, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan di kota itu. Seluruh penduduk kota berkerumun di depan pintu rumah Simon. Yesus menerima mereka, Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit (tidak hanya satu macam, tetapi berbagai macam penyakit) dan mengusir banyak setan. Kuasa Yesus tidak dibatasi oleh jenis penyakit atau jenis roh jahat–semuanya tunduk di bawah kuasa-Nya.

Betapa sehari penuh–sejak selesainya ibadah di rumah ibadat–seluruh penduduk kota membicarakan apa yang baru saja terjadi, dan dengan tidak sabar menunggu waktu Sabat berlalu supaya bisa membawa semua orang sakit dan kerasukan kepada Yesus. Ini juga salah satu ekspresi iman: percaya, berharap, mengantisipasi, dan menanti-nantikan waktu untuk bisa mengalami pertolongan Tuhan.

Penerapan:
Kuasa Tuhan itu tidak dibatasi oleh jenis masalah, penyakit, atau situasi apapun. Tidak ada kategorisasi apa yang bisa dan tidak bisa, apa yang perlu atau tidak perlu pertolongan-Nya. Tidak bersikap sombong dan merasa mampu, sehingga tidak mendoakan apapun kebutuhan dan situasi yang sedang saya hadapi; melainkan membawa segala sesuatu kepada Tuhan dalam doa, memohon pertolongan-Nya.

Views: 352

This entry was posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *