Mazmur 125:1-5
Kepercayaan kepada TUHAN menghasilkan kehidupan yang stabil, tidak goyang, untuk selama-lamanya. Mengapa? Karena TUHAN melingkari/melingkupi/ mengurung (dalam arti melindungi) umat-Nya dari sekarang sampai selama-lamanya. Seperti gunung-gunung mengelilingi Kota Yerusalem, demikianlah TUHAN mengelilingi umat-Nya.
Bentuk perlindungan TUHAN kepada umat-Nya: tidak membiarkan orang fasik berkuasa terus-menerus atas apa yang menjadi hak milik orang benar. Karena kalau hak orang benar ini terus dibiarkan dikuasi orang fasik, maka orang benar bisa tergoda untuk melakukan kejahatan–dalam rangka merebut hak miliknya. Perlindungan TUHAN mencegah umat-Nya melakukan apa yang jahat.
Karena, TUHAN melakukan kebaikan kepada mereka yang apa benar, yaitu mereka yang hatinya selaras dengan TUHAN, yang hatinya benar di hadapan TUHAN. Sebaliknya, TUHAN akan mengenyahkan mereka yang menyimpang ke jalan yang berbelit-belit/bengkok dan yang melakukan kejahatan. Perlindungan TUHAN mencegah umat-Nya melakukan kejahatan, sehingga mereka akan menerima kebaikan dari TUHAN, dan terhindar dari murka TUHAN.
Betapa saya memerlukan perlindungan dan penjagaan Tuhan yang mencegah saya untuk melakukan dosa. Sebenarnyalah Tuhan telah melakukan semuanya untuk menjaga saya dari dosa–dan kalau sampai saya tetap jatuh di dalam dosa, maka itu karena saya memilih untuk tidak berada di dalam perlindungan Tuhan, untuk keluar dari pagar Tuhan dan sengaja mendatangi sumber dosa. Kejatuhan di dalam dosa adalah murni kesalahan saya sendiri, saya tidak bisa menyalahkan siapapun, apalagi menyalahkan Tuhan.
Ada kalanya Tuhan mengangkat batas-batas yang menahan orang untuk berbuat dosa–seperti ketika Ia “mengeraskan hati Firaun” (Kel. 7:3). Bukan berarti Tuhan membuat hati Firaun menjadi makin jahat, karena Tuhan Yang Mahakudus tidak mungkin melakukannya; melainkan Tuhan tidak memberikan batas/limitasi apapun, sehingga Firaun leluasa mengikuti apapun dorongan dosa yang memang ada di dalam dirinya.
Selama 7 tahun masa kesesatan saya, sebenarnya Tuhan terus memberikan batas-batas itu supaya saya tidak terus di berkubang di dalam dosa: hati nurani yang gelisah, teguran-teguran dari firman Tuhan, masalah dan kerumitan hidup yang sebenarnya tidak perlu terjadi, masalah keuangan, sakit berat yang berulang-ulang, teguran dan konflik dengan pasangan, tidak ada produktivitas, usaha yang gagal dan pintu yang tertutup di mana-mana, rencana dan strategi yang selalu gagal dan malah menambah masalah.
Tetapi, saya memilih untuk tetap menuruti dosa. Sekalipun beberapa kali ada keraguan dan diberi kesempatan untuk berhenti, saya tetapi kembali mengikuti dorongan melakukan dosa itu. Bahkan sekalipun saya menyadari bahwa masalahnya makin besar, bahwa kemungkinan kerusakannya juga bertambah besar, tetapi saja saya tidak bisa atau tidak mau berhenti.
Saya lebih takut kehilangan dia ketimbang kehilangan istri saya, saya lebih takut mengecewakannya ketimbang mengecewakan istri saya, saya lebih mau mengikuti permintaannya ketimbang permintaan istri saya, saya tidak tega melihatnya menderita tetapi tega membuat istri saya menderita, saya tidak tega menolaknya tetapi tega menolak permintaan istri saya. Hati saya benar benar terampas dan terjerat. Makin lama waktu berlalu, makin kuat ikatannya. Seperti bola salju yang makin besar dan makin cepat menggelinding menuju jurang.
Tetapi, Tuhan itu setia. Di tepi jurang, Ia mengulurkan tangan-Nya, menangkap dan menarik saya dengan paksa. Supaya saya tidak jatuh ke dalam kebinasaan. Dengan paksa! Bukan karena saya sadar atau menyesal dari diri saya sendiri–karena saya masih mau melepaskan diri dari tangan Tuhan, tetapi dengan tangan-Nya itu kuat! Puji Tuhan, tangan-Nya itu kuat menggenggam saya sehingga saya tidak bisa lepas dan lari. Puji Tuhan, Ia menaikkan tembok perlindungannya, mencegah gelindingan maut hidup saya. Saya selamat, tetapi dengan banyak luka; tidak hanya saya tapi terlebih lagi istri saya.
Penerapan:
Tidak lagi sembrono. Harus ketat dan taat di dalam lindungan tembok benteng Tuhan yang berkeliling. Dengan pertolongan Tuhan, dengan kekuatan dan dari Tuhan.
(1) Memohon agar Tuhan terus melanjutkan penjagaan-Nya atas hdiup saya, supaya saya tidak jatuh ke dalam dosa.
(2) Mendengarkan baik-baik pimpinan Tuhan dan mentaati dengan total: tidak menawar, tidak memikirkan perhitungan sendiri, tidak berargumentasi, tidak membuat rencana sendiri. Dengarkan dan ikuti, dengarkan dan taati–apa yang Tuhan nyatakan dan perintahkan.
Views: 7