Mencintai TUHAN, Mencintai Rumah TUHAN

Mazmur 122:1-9

Daud menuliskan mazmur ziarah ini. Bagi Daud, ajakan untuk pergi ke rumah TUHAN adalah hal yang mendatangkan sukacita. Datang ke hadirat TUHAN untuk beribadah kepada TUHAN, menyembah Dia, dan untuk mendengarkan firman-Nya adalah hal yang mendatangkan sukacita kepada Daud. Kata “sukacita” (glad) dalam bahasa aslinya adalah samach, yang berarti brighten up (wajah menjadi cerah karena senang), be blithe (kegirangan yang lepas, sampai tidak peduli sekelilingnya) atau be gleesome (sukacita yang meluap-luap).

Apakah hati saya meluap-luap dengan sukacita ketika mendapat kesempatan untuk beribadah kepada Tuhan? Ataukah ibadah itu merupakan beban atau tanggung jawab atau kewajiban–bukan kesenangan, bukan kesukaan? Bagaimana bisa memiliki hati seperti Daud yang begitu bergirang dan bersukacita secara meluap-luap dan demonstratif ketika datang ke rumah TUHAN? Agaknya hanya ada satu alasannya: Daud sangat mencintai TUHAN! Cinta itu mendatangkan kerinduan, mendatangkan cukacita besar ketika bisa bertemu TUHAN.

Kecintaan kepada TUHAN itu menimbulkan kecintaan kepada rumah TUHAN dan kepada Yerusalem, Kota TUHAN. Bagi Daud, Yerusalem adalah kota yang penting, sebab di sana ada takhta TUHAN dan takhta orang yang diurapi-Nya. Kecintaan itu juga yang mendorong Daud untuk mendoakan Yerusalem agar selalu damai dan makmur, mendorong umat TUHAN untuk memberkati Yerusalem, mengharap semua yang terbaik untuk Kota TUHAN itu.

“Thou shalt love the Lord thy God” (Mat 22:37 KJV). Mencintai Tuhan itu adalah hukum atau perintah yang pertama dan utama. Kalau perintah, berarti harus disengaja untuk dikerjakan; merupakan bentuk ketaatan. Mencintai itu tidak menunggu emosinya tergerak untuk mencintai. Mencintai itu adalah tindakan ketaatan, melakukan sesuatu yang berkenan/diminta/disenangi oleh pribadi yang menjadi sasaran cinta. Tetapi, mungkinkah mencintai itu sekedar tindakan ketaatan tanpa rasa senang atau rasa suka atau antusiasme?

Penerapan:
Tekun melakukan tindakan yang menjadi indikator cinta kepada Tuhan, sembari tekun berdoa meminta hati yang bertumbuh mencintai Tuhan.

Views: 6

This entry was posted in Mazmur, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *