Berbahagialah Orang Yang Beribadah Kepada Tuhan

Mazmur 84:1-13

Ucapan bahagia “blessed” (esher, diberkatilah, selamat, bergembiralah) bagi: (1) orang yang diam di Rumah Tuhan yang terus memuji-muji Tuhan–ayat 5; (2) orang yang kekuatannya di dalam Tuhan, yang telah mengarahkan hatinya untuk menghadap Tuhan–ayat 6; (3) orang yang menaruh kepercayaannya kepada Tuhan–ayat 13. Orang yang percaya kepada Tuhan, yang menyadari bahwa hanya di hadirat Tuhan saja hidupnya berarti, sehingga ia mengarahkan hati untuk datang ke hadirat Tuhan.

Pergi ke Bait Tuhan tidak sekedar ritual atau kewajiban formal, tetapi cerminan dari hati yang bergantung kepada Tuhan. Seseorang yang sadar sepenuhnya bahwa hanya Tuhan yang menjadi sumber kehidupan dan pertolongannya, akan mengerti bahwa berada di hadirat Tuhan itu perkara yang paling penting, yang paling baik, yang paling utama. Lebih daripada semua aktivitas yang lain, sebab Tuhan adalah sumber hidup, sumber berkat, sumber pertolongan, tempat perlindungan.

Pemazmur menggambarkan, ketika orang mengarahkan hatinya untuk datang menyembah Tuhan, maka berkat Tuhan itu ada di atasnya. Mereka akan mengalami terbitnya mata air dan hujan di tengah lembah yang kering, kekuatan mereka akan ditambah-tambahkan, Tuhan akan memberikan kemurahan dan kemuliaan, tidak ada sesuatu yang baik yang ditahan oleh Tuhan, semua akan diberikan kepada mereka. Mereka, yang tulus mempercayai Tuhan, yang mencari hadirat Tuhan dengan kesungguhan.

Penerapan:
(1) Saya bersyukur kepada Tuhan karena bagi saya, firman Tuhan ini menjadi peneguhan bahwa Tuhan menghargai dan berkenan dengan kerinduan dan niat hati saya untuk lebih banyak berada di hadirat-Nya, untuk merenungkan Tuhan, mengenal Tuhan, dan menyembah Tuhan.
(2) Saya bersyukur kepada Tuhan karena dengan demikian saya bisa yakin bahwa niat dan upaya itu tidak sia-sia, tetapi akan mendatangkan berkat Tuhan atas hidup saya dan keluarga saya.
(3) Terus melanjutkan komitmen menyediakan waktu lebih banyak untuk bersekutu dengan Tuhan.

Views: 6

This entry was posted in Mazmur, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *