Pemimpin yang Buruk (3): Tindakan Lahiriah tanpa Hati yang Benar

Matius 23:23-28

Tuhan Yesus mengritik ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi karena mereka memberi persepuluhan dengan tertib dan detil, tetapi mereka mengabaikan apa yang terpenting dari hukum Taurat, yaitu keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan (iman, keyakinan, pistis). Ritual keagamaan mereka tidak didasari oleh sikap hati yang menjadi esensi dari hukum Tuhan. Formalitas, semata-mata memenuhi aturan; tindakan dilakukan demi tindakan atau aturan itu sendiri.

Tuhan Yesus tidak menolak pemberian perpuluhan yang detil itu, tetapi Ia menyatakan bahwa tindakan keagamaan yang tidak didasari atau disertai dengan sikap hati yang benar sesuai esensi hukum Tuhan adalah tindakan keagamaan yang kosong dan tidak ada nilainya di hadapan Tuhan.

Masih senada dengan kritik tentang perpuluhan, Tuhan Yesus menunjuk kehidupan mereka yang sangat mementingkan ritual penyucian/kebersihan: mencuci tangan, mencuci cawan atau pinggan–dilakukan dengan sangat teliti dan ketat, tetapi mereka tidak menjaga kemurnian hati. Sampai-sampai Tuhan mengatakan bahwa hidup mereka itu seperti kuburan: bersih dan bagus di luar, tetapi di dalam berisi berbagai kenajisan.

Ritual keagamaan dan aktivitas lahiriah seharusnya merupakan ekspresi dari hati dan pikiran yang sesuai dengan hukum Tuhan. Tindakan lahiriah adalah buah dari batin yang benar di hadapan Tuhan. Kemunafikan terjadi ketika seseorang melakukan aktivitas keagamaan yang bukan merupakan cerminan hatinya; tindakan itu dilakukan semata-mata memenuhi ketentuan–dan kalau ditelusur, ujung-ujungnya adalah: supaya dilihat orang lain, supaya diterima orang lain, supaya dinilai baik oleh orang lain. Karena manusia melihat apa yang nampak, sementara Tuhan melihat hati!

Penerapan

  1. Berdoa meminta perubahan hati, supaya Tuhan terus mengubah dan menyucikan hati saya, sehingga akan menghasilkan buah perbuatan lahiriah yang benar.
  2. Terus tekun untuk belajar merenungkan Firman Tuhan dan menerapkannya, sebab perubahan hidup hanya bisa dilakukan oleh Roh Kudus melalui kebenaran Firman Tuhan.

Views: 5

This entry was posted in Matius, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *