Pemimpin yang Buruk (4): Merasa Kuat dan Tidak Mungkin Jatuh

Matius 23:29-39

Salah satu bentuk kemunafikan adalah: ketika seseorang melihat melihat kejahatan orang lain, lalu berkata bahwa kalau ia ada di posisi orang lain itu, maka ia pasti tidak akan melakukannya; tetapi tidak menyadari bahwa di dalam dirinya sendiri ada potensi untuk melakukan kejahatan yang sama. Merasa tidak mungkin melakukan kejahatan/perbuatan yang dilakukan orang lain; merasa cukup kuat dan saleh, sehingga mustahil untuk jatuh dalam dosa yang sama.

Tuhan Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang mebangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu/monumen orang-orang saleh dan berkata: Kalau mereka hidup di jaman nenek moyang mereka, maka mereka pasti tidak akan ikut dalam pembunuhan nabi-nabi itu (ayat 29-30). Mereka merasa bahwa mereka lebih baik daripada nenek moyang mereka, padahal pada saat itu mereka sudah memiliki niat untuk menyingkirkan Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus mengetahui isi hati mereka, sehingga Ia bernubuat bahwa para pemuka agama Yahudi ini akan menganiaya nabi, orang bijak, dan ahli-ahli Taurat yang diutus oleh Tuhan. Mereka akan membunuh, menyalibkan, menyesah, dan menganiaya hamba-hamba Tuhan. Tuhan Yesus juga menubuatkan bahwa penganiaaan itu akan mereka lakukan dari kota ke kota (Kisah Rasul 4:21,5:17-18;7:57-58; 9:1-2).

Kemudian, Tuhan Yesus menubuatkan bahwa generasi zaman itu akan menanggung hukuman Tuhan oleh karena mereka menolak bahkan membunuh Mesias. Tuhan Yesus meratapi bangsa Yahudi, karena mereka menolak untuk percaya dan menerima Mesias bahkan nantinya akan membunuh Mesias. Penolakan itu akan mendatangkan konsekuensi yang berat atas bangsa ini. Pada tahun 70, pasukan Romawi mengepung Yerusalem dan akhirnya menghancurkan Bait Allah.

Penerapan:

  1. Tidak menghakimi orang lain dan merasa kuat, dengan meyakini bahwa saya tidak mungkin untuk melakukan perbuatan buruk yang dilakukan oleh orang lain. Menyadari dan mengakui bahwa saya memiliki potensi untuk jatuh ke dalam dosa.
  2. Setiap hari meminta perlindungan dari Tuhan agar tidak jatuh ke dalam pencobaan. Menyadari bahwa tanpa penjagaan dan pertolongan Tuhan saya tidak akan bisa untuk menang atas pencobaaan.

Views: 5

This entry was posted in Matius, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *