Matius 24:1-2
Pada waktu Tuhan Yesus meninggalkan Bait Allah, murid-murid menunjuk kepada bangunan itu dan mengagumi betapa kokoh dan megahnya (lihat Markus 13:1). Tetapi, Tuhan Yesus menyatakan bahwa: bangunan yang murid-murid lihat itu–yang sangat dikagumi keindahan dan kekohohannya–nantinya akan diruntuhkan total dan “sesungguhnya tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain” (ayat 2).
Beberapa referensi mencatat bahwa Bait Allah di zaman itu dibangun dengan marmer putih dan marmer yang bertotol-totol hijau. Menurut Josephus, batu-batu Bait Allah itu berukuran besar dan sangat kuat. Bangunan Bait Allah merupakan salah satu bangunan terindah pada zaman itu, dan terlihat sangat kokoh dan tak bisa dihancurkan. Tetapi, sesuatu yang sangat kokoh dan indah–yang seakan-akan tidak akan bisa digoyahkan oleh apapun–ketika Tuhan menyatakan murka-Nya dan menjatuhkan hukuman-Nya, bisa sama sekali diruntuhkan!
Pada zaman purbakala, di dataran Sinear (Sumeria), manusia mencoba mendirikan menara yang tingginya “mencapai langit”, karena mereka ingin mencari nama (ketenaran, kekuasaan, dan dominasi) dan ingin menjadi sebuah bangsa yang kuat karena dipersatukan oleh bahasa dan semangat mencari kemegahan yang sama. TUHAN sendiri menyatakan bahwa manusia memiliki potensi untuk melakukan apa saja yang mereka impikan dan kehendaki (Kejadian 11:6). Dan TUHAN mengacaukan usaha itu dengan begitu saja memberikan bahasa yang berbeda-beda kepada mereka, sehingga mereka terpecah-pecah ke dalam banyak kelompok (Kejadian 11;7).
Kerajaan Mesir yang perkasa, merupakan super-power di zamannya, ditundukkan oleh TUHAN dengan tujuh tulah dari TUHAN pada zaman Musa. Raja terbesar Babilonia, Nebukadnezar, dalam sekejap mata dibuat TUHAN menjadi gila dan hidup seperti seekor binatang, ketika ia merasa besar dan tidak mengakui bahwa TUHAN lah sumber kejayaannya (Daniel 4). Kemudian, raja Belsyazar dikalahkan oleh bangsa Persia dalam waktu semalam saja karena meninggikan diri dan tidak menghormati TUHAN dengan cara menggunakan perkakas Bait Suci untuk berpesta-pora (Daniel 5).
Kitab Suci dan sejarah telah mencatat dan membuktikan bahwa Tuhanlah Penguasa Satu-satunya, Tuhanlah sumber segala kebesaran dan kejayaan dan kekayaan. Siapapun dia–sekalipun ia bukan bagian dari umat Tuhan–ketika mengakui kekuasaan Tuhan, maka hidupnya akan diberkati oleh Tuhan. Sebaliknya, siapapun dia–sekalipun ia adalah umat Tuhan–ketika meninggikan diri, tidak menghormati dan tunduk kepada Tuhan, maka ia akan direndahkan dan dihukum.
Penerapan
- Mengakui dosa di hadapan Tuhan, sebab bahwa dalam banyak hal saya merasa bisa, merasa mampu, merasa kuat–sehingga kemudian mengandalkan rencana, pikiran, dan kemampuan saya sendiri untuk mencapai tujuan dan menjalani hidup saya.
- Berdoa meminta hati yang menghormati Tuhan, hati yang mengakui bahwa Tuhan adalah sumber kehidupan, sumber berkat, sumber keberhasilan, sumber kemenangan.
Views: 7