Meraih Penggenapan Janji Tuhan

Yosua 18-19

Sekalipun Tuhan sudah memberikan janji, ternyata umat-Nya bisa tidak bersemangat untuk meraih penggenapan janji itu. Yosua menegur 7 suku Israel yang belum memperoleh bagian warisan wilayah: “Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu?” (ayat 3). Kata yang diterjemahkan menjadi “bermalas-malas” adalah: raphah (menjadi lemah, berhenti, membiarkan/meninggalkan, menjadi malas/santai).

Kalau dibandingkan dengan 5 suku yang lain, memang belum tercatat bahwa ke-7 suku ini pernah datang dan meminta/menuntut bagian mereka kepada Yosua. Berbeda dengan suku Ruben, Gad, dan Manasye datang kepada Musa minta diijinkan tinggal di sebelah timur Yordan. Suku Yehuda–di dalamnya termasuk Kaleb yang menagih janji warisannya; suku Manasye beriani meminta wilayah yang lebih luas dari hasil undian, dan 5 anak perempuan Zelafehad meminta bagian warisan untuk mereka.

Yang dilakukan oleh 5 suku Israel yang sudah memperoleh bagian mereka adalah: (1) menerima dan meyakini janji/jaminan Tuhan bahwa mereka akan bisa menguasai tanah Kanaan; (2) melakukan langkah nyata: berani meminta bagian, bergerak merebut wilayah yang menjadi bagian mereka, membuka daerah baru untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Yosua kemudian memerintahkan 7 suku itu mengirim 3 orang untuk menjelajah wilayah yang belum dibagi dan mendata keadaannya dalam 7 bagian. Kemudian Yosua membuang undi untuk membagi 7 wilayah itu di Silo, di hadapan TUHAN, Allah Israel. Saat itu, dicatat bahwa negeri tiu sudah ditaklukkan, sehingga bangsa Israel mendirikan Kemah Suci di Silo (ayat 1).

Setelah pembagian wilayah itu diselesaikan, maka bangsa Israel memberikan tanah pusaka untuk Yosua. Sesuai perintah TUHAN, mereka memberikan kota yang diminta oleh Yosua yaitu Timnat-Serah di pegunungan Efraim. Yosua pun berani meminta kota yang diinginkannya–dan keinginan itu diberikan oleh TUHAN.

Penerapan
Memiliki dan meyakini janji/jaminan Tuhan itu memang harus, karena menjadi dasar pengharapan dan dasar ketaatan. Tetapi, keyakinan akan janji Tuhan harus dibuktikan dengan tindakan yang nyata. Tidak boleh menunggu saja, tidak boleh diam saja–lakukan bagian yang bisa dilakukan!

Views: 6

This entry was posted in Perjanjian Lama, Refleksi, Yosua. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *