A Bargaining Spirit (1)

Matius 19:27-30

Menanggapi insiden dengan orang muda yang kaya itu, Petrus berkata bahwa dia dan para murid sudah meninggalkan segala-galanya dan mengikut Tuhan, lalu bertanya apa yang tersedia bagi mereka. Adam Clarke menulis bahwa meninggalkan segalanya dan mengikut Kristus itu dua tindakan yang tidak bisa dipisahkan.

Para pertapa, asketis, filsuf–mereka meninggalkan segalanya, tetapi tidak mengikut Kristus. Sementara orang Kristen pada umumnya mengaku sebagai pengikut Kristus, tetapi tidak mau meninggalkan segalanya. “To forsake all, without following Christ, is the virtue of a philosopher. To follow Christ in profession, without forsaking all, is the state of the generality of Christians. But to follow Christ and forsake all, is the perfection of a Christian.

Menjawab pertanyaan Petrus, Tuhan Yesus berkata: Sesungguhnya (Amen), murid-murid yang sudah mengikut Dia akan mendapat: (1) ketika Anak Manusia duduk di atas takhtaNya yang mulia, murid-murid akan duduk di atas 12 takhta untuk menghakimi 12 suku Israel; (2) untuk semua orang yang sudah meninggalkan segalanya demi nama Kristus, akan menerima berlipat kali ganda (pada masa kini, ketika dia hidup) dari apa yang sudah diserahkan, dan akan menerima hidup kekal.

Ada janji untuk 12 rasul (ay 28)–kecuali Yudas Iskariot, yang kehilangan jabatannya sebagai rasul karena menyerahkan Tuhan Yesus kepada orang-orang Yahudi, dan kemudian bunuh diri di atas tanah yang dibeli dari upah pengkhianatannya (Kis 1:16-20). Janji itu adalah: ketika Tuhan Yesus datang kembali dalam kemuliaanNya dan memerintah sebagai Raja, maka 12 rasul akan turut bertakhta menghakimi umat Israel. Banyak penafsir mengatakan bahwa posisi Yudas digantikan oleh Rasul Paulus.

Ada janji untuk semua orang (ay 29) yang sudah meninggalkan segalanya (keluarga, pekerjaan, harta milik) demi Kristus: (1) pada masa hidup mereka akan menerima ganti berlipat kali dari yang sudah diserahkan–keluarga Allah yang jauh lebih banyak, kekayaan rohani yang jauh lebih berharga (McDonald, 1995); dan (2) hidup kekal di dalam Kerajaan Sorga.

Tetapi, Tuhan memberikan peringatan: “Banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir menjadi yang terdahulu.” Ini peringatan bagi orang-orang yang bermental pedagang (a bargaining spirit), seperti yang ditunjukkan oleh Petrus dengan pertanyaannya.

Penyerahan hidup kepada Tuhan dan pengharapan kepada janji Tuhan (untuk mengapresasi penyerahan itu), tidak boleh didasari oleh mental pedagang, tetapi dengan kesadaran akan anugerah Allah–yang sudah memilih dan membuat hati mereka untuk datang dan menyerahkan hidup kepada-Nya. Sebab “Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya” (Yoh 6:65).

Penerapan:
Datang kepada Tuhan bukan dengan mental pedagang, yang menuntut hak saya berdasar ketaaatan/penyerahan yang sudah saya lakukan; tetapi dengan sikap penuh ucapan syukur, rendah hati, dan memohon kemurahan Tuhan, sebab segala sesuatu adalah kasih karunia–dan bahwa apa yang dijanjikan Tuhan itu nilainya tidak bisa dibandingkan dengan apa yang sudah dan bisa saya serahkan.

Views: 12

This entry was posted in Matius, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *