Mengatasi Kelemahan Diri Sendiri

Matius 19:23-26

Tuhan Yesus mengatakan bahwa sangatlah sulit bagi orang kaya untuk masuk Kerajaan Allah–bahkan mustahil: lebih mudah seekor unta masuk ke dalam lubang jarum. Tetapi, apa yang mustahil bagi manusia, tidak mustahil bagi Allah. Usaha manusia mustahil untuk membawanya masuk dalam Kerajaan Allah, pasti akan gagal. Tetapi, bagi Allah segala sesuatu itu mungkin–hanya dengan pekerjaan Allah saja seorang manusia bisa masuk dalam Kerajaan Allah.

With man this is impossible, but with God all things are possible” (ay 26 – NIV). Kata yang dipakai adalah adunatos (tidak mungkin, tidak mampu, tidak berkuasa), dan dunatos (mungkin, mampu, kuat, berkuasa, powerful). Bagi manusia tidak mungkin, sebab manusia lemah dan tidak mampu dan tidak punya kuasa. Tetapi, bagi Allah segala sesuatu itu mungkin karena Allah itu mampu, kuat, berkuasa, powerful. Segala sesuatu mungkin kalau dikerjakan oleh Allah di dalam diri seseorang!

Kelemahan anak muda itu adalah: keterikatan dan kecintaannya kepada harta kekayaaanya. Kecintaan itu membuatnya tidak mau untuk mengikut Tuhan, sekalipun sebenarnya hatinya sangat merindukan hidup kekal. Kelemahan saya adalah: banyak sekali! Dan kelemahan-kelemahan itu selalu menjadi penghalang bagi saya untuk mengikut dan mentaati Tuhan.

Pemuda itu menyadari kelemahannya, dan karena ia merasa betapa kuat kelemahan itu, maka ia tidak punya harapan untuk bisa mengikut Tuhan, ia berpikir mustahil baginya untuk melepas semua hartanya dan mengikut Tuhan; sehingga ia pergi meninggalkan Yesus dengan sedihnya.

Ah, kalau saja dia datang kepada Tuhan dan mengaku betapa ia sangat terikat kepada harta dan mustahil baginya untuk melepaskan itu dengan komitmen atau usahanya sendiri, mungkin Tuhan akan menolongnya–sebab bagi manusia memang mustahil, tetapi bagi Allah tidak ada satu halpun yang mustahil.

Penerapan:

  1. Mengakui bahwa saya memiliki begitu banyak kelemahan yang menghambat penyerahan dan ketaatan saya kepada Tuhan.
  2. Setiap hati berdoa meminta Tuhan mengalahkan kelemahan-kelemahan itu, agar saya bisa mentaati Tuhan setiap hari.
  3. Setiap kali kelemahan itu muncul menghalangi ketaatan saya, saat itu juga saya berseru kepada Tuhan meminta pertolonganNya dan kemenangan dariNya, supaya saya bisa taat kepadaNya.

Views: 15

This entry was posted in Matius, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *