Hakim-hakim 15:1-8
Spontan karena kemarahan, meluapkan kemarahan dengan tindakan yang menimbulkan masalah besar. Dan ketika ada konsekuensi yang tidak menyenangkan dari tindakan itu, responnya kembali marah dan melakukan pembalasan. Reckless dan tidak pikir panjang, mengikuti setiap dorongan emosi–padahal memiliki kekuatan yang besar, sehingga menimbulkan kerusakan. Seperti itu pola tindakan Simson; dan TUHAN memakai orang semacam ini dengan segala kekacauan yang ditimbulkannya untuk menggenapi rencana-Nya!
Beberapa waktu kemudian, Simson datang lagi ke rumah mertuanya, untuk bertemu istrinya. Tapi ditolak oleh mertuanya, sebab dipikirnya Simson sudah tidak lagi menginginkan perempuan itu, sehingga sudah diberikan kepada orang lain Mertuanya menawarkan adik perempuan itu agar diambil Simson sebagai gantinya (ayat 1-2). Cara berpikir yang sebenarnya normal dan masuk akal; tapi Simson tidak terima; karena ia merasa tidak pernah menceraikan istrinya. Mertuanya menafsirkan kepergian Simson sebagai tindakan menceraikan, sedangkan Simson tidak bermaksud demikian! Gara-gara kemarahannya pada waktu itu sehingga ia pergi meninggalkan pesta pernikahannya!
Simson menjadi marah dan bertiondak untuk membalas tindakan orang Filistin yang dinilainya telah menjahatinya; Simson merasa bahwa pembalasan yang akan dilakukan itu bisa dibenarkan (ayat 3). Ia menangkap 300 anjing hutan, diikatnya ekor dengan ekor, dan di ikatan itu dipasangnya obor–total ada 150 pasang anjing hutan dengan obor menyala di ekor mereka. Lalu anjing-anjing hutan itu sengaja dilepas di lahan gandum milik orang Filistin, sehingga terbakarlah semua gandum dan kebun-kebun pohon zaitun (ayat 4-5).
Orang Filistin diberitahu bahwa perbuatan itu dilakukan oleh Simson, menantu orang Timna, karena istrinya diberikan kepada orang lain. Orang Filistin menganggap mertua Simson yang menjadi penyebab bencana itu–maka mereka membakar istri Simson dan ayahnya (ayat 6). Pada waktu pesta, 30 pengiring Simson pernah mengancam akan membakar perempuan itu dan ayahnya kalau tidak memberi jawaban teka-teki (Hak. 14:15); dan sekarang itu terjadi, walau oleh penyebab yang lain. Betapa celaka nasib perempuan itu dan keluarganya, keputusan mereka menerima lamaran Simson membawa mereka kepada malapetaka dan kematian yang mengerikan! Satu keputusan, menjadi rangkaian peristiwa yang pada ujungnya membawa kehancuran.
Simson marah melihat tindakan orang Filistin–yang sebenarnya merupakan respons atas apa yang dilakukannya. Maka Simson merasa berhak untuk melakukan pembalasan kepada orang Filistin. Ia–dengan tangan kosong–membunuh dengan meremukkan tulang-tulang orang Filistin yang membakar istri dan mertuanya. Lalu Simson pergi dan tinggal dalam gua di bukit batu Etam (ayat 8). Merasa benar, lalu membalas; dan ketika dibalas balik kembali merasa berhak untuk membalas–lingkaran kemarahan dan pembalasan yang tidak ada habisnya.
Penerapan:
Tuhan memakai siklus kemarahan dan pembalasan karena kelemahan waktak manusia untuk menggenapi rencana-Nya. Kalau sampai saat ini ada kemarahan yang masih terus menyala–dan berpotensi mendorong rantai tindakan yang destruktif, terimalah kenyataan itu dengan kerendahan hati dan bawalah kepada Tuhan yang berdaulat. Serahkan kepada Tuhan agar ia yang menjaga dan membatasi, memakai untuk melakukan rencana-Nya.
Views: 0