Pelita dan Ukuran: Bagaimana Merespons Firman Tuhan

Markus 4:21-25

Dalam Injil Markus dan Lukas (8:16-18), Tuhan Yesus memberikan perumpamaan pelita dan ukuran ini setelah Ia menjelaskan arti dari perumpamaan seorang penabur. Kalau perumpamaan tentang penabur berisi pengajaran tentang macam atau jenis hati orang yang ditaburi kebenaran firman Tuhan dan apa yang terjadi dengan firman Tuhan dalam hidup mereka, maka perumpamaan tentang pelita dan ukuran ini mengajar tentang bagaimana seseorang seharusnya merespons rahasia firman Tuhan yang sudah diterimanya.

Perumpamaan pelita dipakai Tuhan Yesus dalam konteks yang berbeda-beda. Dalam Mat 5:15, pelita digunakan untuk menggambarkan eksistensi dan peran umat Tuhan di tengah dunia ini; sedangkan dalam Luk 11:33, dipakai untuk mengajar tentang sikap terhadap uang atau harta. Demikian juga perumpamaan tentang ukuran. Dalam Mat 7:2, ukuran digunakan untuk mengajar tentang menghakimi orang lain; sementara dalam Luk 6:38, ia dipakai untuk mengajarkan tentang kemurahan.

Dari sini kita dapat belajar bahwa untuk memahami sebuah perumpamaan, kita harus benar-benar memperhatikan konteks peristiwa atau pengajaran yang menyertainya. Karena Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan yang sama dalam konteks dan tujuan pengajaran yang berbeda-beda. Memperhatikan konteks perumpamaan akan menolong kita tidak keliru dalam memahami arti dan menarik pelajarannya.

Pelita (Mar 4:21-23)

Tuhan Yesus memakai gambaran pelita (luchnos: portable lamp), yang pada masa itu berupa cawan/wadah berisi minyak dengan sumbu yang bisa dinyalakan. Setelah dinyalakan, pelita itu diletakkan di atas kaki dian atau tatakan untuk menerangi seluruh ruangan. Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang (modios: bushel, keranjang) atau di bawah dipan. Tindakan meletakkan pelita yang menyala di atas kaki dian sesuatu yang wajar dan semestinya dilakukan.

Kemudian Tuhan Yesus menyatakan bahwa: tidak ada rahasia yang disembunyikan, tetapi semuanya akan dinyatakan–pernyataan rahasia itu merupakan sesuatu yang wajar dan seharusnya terjadi.

Konteks peristiwanya adalah: Tuhan Yesus mengajar orang banyak dalam perumpamaan, tetapi menjelaskan artinya hanya kepada murid-murid dan pengikutnya yang mau bertanya kepada-Nya. Ia mengatakan: “Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah,” (Mar 4:11).  Dengan melihat konteks ini, melalui perumpamaan tentang pelita, Tuhan Yesus mengajar murid-murid untuk tidak menyimpan rahasia kebenaran firman Tuhan yang sudah mereka terima, tetapi membagikannya kepada orang lain.

Membagikan kebenaran firman Tuhan yang sudah diterima kepada orang lain adalah tindakan yang wajar dan sudah semestinya dilakukan–seperti orang yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di atas kaki dian sehingga semua orang dapat melihat cahayanya (Luk 8:16).

Ukuran (Mar 4:24-25)

Tuhan Yesus mengatakan agar mencamkan (blepo: memperhatikan) apa yang mereka dengar; kalau dalam Injil Lukas: “perhatikan cara kamu mendengar” (Luk 8:18). Untuk mengajarkan bagaimana cara murid-murid harus mendengarkan firman, Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan tentang ukuran. Ukuran (metron) adalah alat yang dipakai untuk menakar bahan padat/kering atau cair. “A vessel for receiving and determining the quantity of things, whether dry or liquid” (NAS New Testament Greek Lexicon)

Pernyataan Tuhan Yesus dalam ayat 24 adalah:”Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu.” Dalam perikop ini, konteksnya tentang: bagaimana seseorang mendengar pengajaran Tuhan. Juga, dalam ayat 25 ditambahkan prinsip: siapa yang punya, kepadanya akan diberi; sedangkan siapa yang tidak punya, jusru akan diambil apa yang ada padanya.

Kalau “ukuran” dipakai dalam konteks mendengarkan pengajaran Tuhan, maka maksud pengajaran Tuhan Yesus adalah: takaran/kapasitas yang dipakai seseorang untuk menerima kebenaran Firman, akan menentukan seberapa banyak kebenaran firman Tuhan yang diterimanya. Semakin besar takaran yang dipakai seseorang (waktu, perhatian, usaha/kesungguhan, dan ketaatan) untuk menerima firman, semakin besar pula kebenaran firman Tuhan yang akan diberikan kepadanya. Dan itu akan terus ditambah, diperdalam, diperkaya oleh Tuhan.

Dan kalau seseorang tidak mau menyediakan ukuran untuk menerima firman Tuhan, maka ia tidak akan menerima apa-apa–bahkan apa yang sudah dia miliki akan diambil daripadanya. Ketika seseroang berhenti menyediakan diri untuk menerima firman Tuhan, Tuhan tidak akan memberikan rahasia yang lebih baru dan yang makin dalam kepadanya. Bahkan kebenaran yang selama ini sudah diketahui akan menjadi pudar, akan dilupakan, mulai tidak diyakini, dan akhirnya akan hilang dari hidupnya.

Kesimpulan

Respons yang seharusnya diberikan seseorang kepada kebenaran firman Tuhan adalah: tidak menyimpan sendiri, tetapi membagikan kepada orang lain. Tetapi, seseorang akan bisa berbagi kepada orang lain kalau dia sendiri lebih dahulu menerimanya. Seberapa banyak yang diterima dan bisa dibagikannya akan ditentukan oleh takaran yang diberikan orang itu: seberapa banyak waktu, usaha/kesungguhan, perhatian, dan ketaatan yang diberikan kepada firman Tuhan.

Mungkin inilah yang membuat ada perbedaan hasil dari benih yang ditabur di tanah yang baik. Benih itu jatuh di atas tanah yang baik, yaitu hati yang mau percaya dan menerima firman Tuhan–tetapi karena takaran yang disediakan oleh setiap orang itu berbeda-beda, maka hasil buahnyapun berbeda-beda: ada yang 30 kali lipat, 60 kali lipat, dan 100 kali lipat.

Views: 56

This entry was posted in Markus, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *