Keluarga, Gereja, dan Dunia

1 Petrus 3:1-12

Ada konsistensi dalam surat Petrus maupun Paulus: perhatian kepada pentingnya membangun kehidupan dan relasi dalam keluarga Kristen. Ada pola yang mirip dalam progresi membangun hidup: mula-mula membangun hidup pribadi/individu, kemudian hidup berkeluarga, lalu keluar ke dalam hidup berjemaat, dan akhirnya relasi dengan masyarakat sekitar.

Nasihat Petrus tentang bagaimana hidup suami dan istri Kristen di tengah bangsa yang tidak mengenal Allah. Istri yang sudah percaya diperintahkan untuk tunduk kepada suaminya yang belum percaya. Penundukkan diri, kemurnian, dan kesalehan hidup istri akan memenangkan suaminya; memenangkan tanpa perkataan, karena suami melihat kelakukan istrinya (ayat 1-2)

Seorang istri Kristen tidak boleh berorientasi kepada kecantikan lahiriah (tata rambut, perhiasan, pakaian), tetapi mengejar kecantikan manusia batiniah yang tersembunyi, tetapi tidak akan pudar, yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram (tenang). Sara adalah contoh penundukan diri kepada suami yang didasari pengharapan kepada Allah (ayat 3-6).

Seorang suami Kristen harus hidup bijaksana dengan istrinya: memperlakukan istri dengan hormat sebagai partner yang lebih lemah (secara fisik) dan sebagai pasangan penerima warisan anugerah kehidupan. Suami yang tidak bersikap demikian kepada istrinya akan mengalami hambatan dalam doanya; seperti cabang yang dipotong sehingga tidak menghasilkan buah (ayat 7).

Bagi semua orang percaya di Roma, Petrus memerintahkan beberapa hal: pertama, Agar mereka satu pikiran (hidup dalam harmoni), bersimpati kepada orang lain, saling mengasihi sebagai saudara, berbelas kasihan dan rendah hati (ayat 8). Kedua, Ketika ada orang yang melakukan kejahatan atau melontarkan caci maki, orang percaya tidak boleh membalasnya dengan kejahatan atau caci maki, tetapi dengan memberkati–sebab orang percaya dipanggil untuk memperoleh berkat.

Petrus mengutip Mazmur 34:13-16 di mana umat Tuhan menahan diri untuk tidak membalas kejahatan orang, tetapi menyerahkannya kepada Tuhan. Tuhan yang mata-Nya tertuju kepada orang-orang benar dan telinga-Nya kepada teriakan minta tolong mereka, tetapi yang wajah-Nya menentang orang-orang jahat (ayat 9-12).

Views: 9

This entry was posted in 1 Petrus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *