Hidup Sebagai Orang Asing

1 Petrus 1:1-25

Orang-orang pilihan Allah adalah orang asing di dunia ini. Mereka dipilih sesuai rencana Allah Bapa, melalui pengudusan oleh Roh Kudus, untuk hidup taat kepada Yesus Kristus dan diperciki dengan darah-Nya (ayat 1-2). Selama di dunia ini, orang percaya akan mengalami penderitaan–sebagai ujian yang membuktikan kemurnian iman mereka; berjuang untuk hidup kudus, sebagai bukti bahwa mereka sudah lahir baru sebagai anak-anak Allah; dan hidup mengamalkan kasih yang tulus karena telah menerima kasih Allah di dalam karya penebusan Kristus.

Allah, yaitu Bapa dari Tuhan Yesus Kristus, telah menyebabkan orang percaya untuk dilahirkan kembali ke dalam hidup yang berpengharapan–kelahiran kembali itu berdasar kemurahan Allah yang besar dan dilakukan melalui kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati (ayat 3). Tujuan kelahiran kembali: memperoleh warisan yang tidak bisa binasa, yang tidak tercemar, dan tidak akan pudar–warisan itu tersimpan/sudah tersedia di sorga. Di masa hidup di dunia–sebelum menerima warisan sorgawi itu, orang percaya, yang dijaga/dipelihara oleh kuasa Allah, melalui iman–mereka akan menerima keselamatan di jaman akhir (ayat 4-5).

Fakta tentang kelahiran baru dan janji menerima warisan sorgawi itu yang menjadi sumber sukacita orang percaya, sekalipun selama di dunia ini, kalau perlu, harus mengalami penderitaan/tekanan karena berbagai macam pencobaan/ujian. Pencobaan dan penderitaan itu untuk menguji iman orang percaya, yang lebih berharga daripada emas. Ketika iman itu teruji, maka akan menerima pujian, kemuliaan, dan penghormatan ketika Kristus dinyatakan di akhir jaman (ayat 6-7).

Iman orang percaya itu bukan karena melihat. Sekalipun belum melihat Yesus secara langsung, kita mengasihi Dia. Sekalipun sampai sekarangpun tidak melihat Yesus secara fisik, kita tetap percaya kepadanya. Iman ini yang memberikan sukacita yang takterungkapkan, sukacita yang penuh kemuliaan–iman yang menghasilkan keselamatan jiwa kita (ayat 8-9).

Keselamatan di dalam Kristus itu diselidiki oleh para nabi yang menubuatkannya. Para nabi berusaha mengetahui Siapa dan kapan penggenapan nubuat tentang penderitaan Kristus dan kemuliaan yang mengikuti penderitaan itu. Para nabi itu menyelidiki dan bernubuat untuk melayani jemaat: yang menerima pemberitaan Injil dari orang-orang yang digerakkan oleh Roh Kudus. Berita Injil itu juga sangat ingin diketahui oleh para malaikat (ayat 10-12).

Karena itu, Petrus menasihati jemaat agar menyiapkan: pikirannya siap untuk bertindak, rohnya dijaga agar tetap waspada, hatinya difokuskan kepada pengharapan akan kemurahan yang akan diterima ketika Kristus dinyatakan (ayat 13).

Jemaat harus hidup kudus–tidak menuruti hawa nafsu yang dulu menguasai pada waktu belum bertobat. Alasannya adalah: (1) Jemaat dipanggil untuk hidup kudus, seperti Allah Bapa itu kudus. Jemaat adalah anak-anak Allah, karena itu hidupnya harus taat/menurut karakter Bapanya; (2) Allah Bapa adalah Hakim yang mengadili semua orang sesuai pekerjaan mereka–gentarlah terhadap pengadilan Allah ini; (3) Jemaat telah ditebus bukan dengan perak atau emas yang fana, tetapi dengan darah Kristus, sebagai Anak Domba korban yang tak bercacat dan bercela (ayat 14-19).

Kristus telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi menyatakan diri kepada manusia pada jaman akhir–demi orang-orang yang percaya. Oleh karya Kristus, maka jemaat menjadi percaya kepada Allah (ayat 20-21).

Jemaat harus hidup dalam kasih. Mengamalkan kasih persaudaraan yang: tulus ikhlas, sunggung-sungguh mengasihi dengan segenap hati. Alasannya: karena jemaat telah dilahirkan kembali melalui benih yang kekal, yaitu firman Allah yang hidup dan kekal–Injil adalah firman Allah yang kekal (ayat 22-25).

Views: 9

This entry was posted in 1 Petrus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *