Esensi Hidup Baru

1 Petrus 2:1-10

Apapun kondisi atau situasi kehidupan orang percaya, apapun status sosial ekonominya, apapun bidang pekerjaan atau profesinya, esensi kehidupan orang percaya sebenarnya sangat sederhana. Setelah dilahirkan kembali, jemaat harus (1) memperjuangkan hidup kudus di hadapan Tuhan dengan membuang segala macam kejahatan; (2) membangun kehausan kepada firman Tuhan yang berkuasa untuk memberi pertumbuhan; (3) menyediakan diri untuk dibangun menjadi bait Allah untuk mengerjakan pelayanan sebagai imam-imam Allah, yaitu memberitakan karya penyelamatan Allah.

Ada tiga perintah yang dinyatakan oleh Rasul Petrus kepada jemaat untuk menjalai kehidupan setelah menerima kelahiran baru. Pertama, perintah untuk membuang kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan, kedengkian dan fitnah (ayat 1-2)–ini adalah aplikasi praktis dari hidup kudus dan hidup yang mengamalkan kasih 1 Pet 1:14-15,22.

Kedua, perintah untuk bersifat seperti bayi yang baru lahir yang selalu haus (epipotheo: intensely crave) akan firman yang murni, yang akan memberikan pertumbuhan di dalam keselamatan. Firman Tuhan tidak hanya membawa kepada kelahiran baru (1 Pet 1:23), tetapi juga menumbuhkan orang percaya dalam hidup yang baru itu (ayat 3).

Ketiga, perintah untuk datang kepada Kristus, Sang Batu Hidup, supaya orang percaya–yang juga adalah sebuah batu hidup–dibangun menjadi rumah rohani (spiritual house) bagi yang mewadahi peran sebagai imam yang kudus. Imam yang kudus itu bertugas mempersembahkan korban-korban rohani yang berkenan kepada Allah melalui Yesus Kristus. Ini bia berati perintah, tetapi bisa juga berarti fakta eksistensi orang percaya (ayat 4-8).

Petrus mengingatkan tentang identitas jemaat: mereka adalah bangsa yang terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri; tugas jemaat: memberitakan keunggulan/keterpujian (arete: the praises, excellencies) Allah yang sudah memanggil jemaat dari kegelapan ke dalam terang-Nya yang ajaib, dari bukan umat Allah menjadi umat Allah, dari orang yang tidak menerima kemurahan menjadi umat yang menerima kemurahan Allah (ayat 9-10).

Views: 7

This entry was posted in 1 Petrus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *