1 Petrus 2:11-25
Petrus mengingatkan eksistensi orang percaya sebagai pendatang (paroikos: orang asing, bukan penduduk asli–bicara tetang identitas) dan perantau (parepidemos: tinggal hanya sebentar, singgah–bicara tentang relasia/aktivitas). Orang asing yang hanya singgah sebentar: bukan warga dan hanya mampir. You are an alien, and you are not staying (ayat 11). Kemudian, Petrus mengidentifikasi karakteristik kehidupan yang harus dijalankan orang percaya sebagai pendatang dan perantau.
Pertama, menjauhkan diri (abstain: menahan diri) dari hawa nafsu (keinginan) kedagingan. Selain menuruti hawa nafsu itu adalah cara hidup dunia–padahal orang percaya bukan warga dunia ini, hawa nafsu daging itu berjuang (berperang, bertentangan) melawan jiwa. Siapa menuruti hawa nafsu daging akan mengalami dua konflik di dalam dirinya: konflik dengan jiwanya, konflik dengan identitasnya (ayat 11)
Kedua, memiliki cara hidup yang baik di tengah masyarakat. Sehingga sekalipun ada orang yang menuduh orang percaya melakukan kesalahan, mereka melihat perbuatan baik orang percaya dan memuliakan Tuhan. Sebagaimana perkataan Tuhan Yesus: “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga,” (Matius 5:16). Tidak menjawab tuduhan/fitnah dengan kata-kata, tetapi dengan bukti perbuatan (ayat 12)
Ketiga, menundukkan diri kepada lembaga pemerintah yang ada. Hal ini dilakukan karena Tuhan: karena lembaga pemerintah adalah hamba/alat Tuhan untuk menegakkan keadilan dalam masyarakat (lihat Roma 13:1-4). Ketundukan pada pemerintah ini adalah kehendak Tuhan untuk membungkam tuduhan/fitnah/pikiran negatif dari orang-orang bodoh (ayat 13-15).
Keempat, hidup sebagai orang merdeka untuk menjadi hamba bagi orang lain! Kemerdekaan orang percaya bukan alasan untuk menutupi tindakan yang jahat dengan retorika kebebasan, tetapi untuk sengaja memilih menjadi hamba bagi orang lain dengan menunjukkan sikap hormat yang tepat kepada semua orang: kasih kepada saudara seiman, takut kepada Tuhan, hormat kepada pemerintah, tunduk kepada majikan (ayat 16-18).
Kelima, tekun menanggung penderitaan bukan karena melakukan kesalahan atau kejahatan, tetapi karena Tuhan. Mengingat bahwa Tuhan Yesus telah menanggung penderitaan, sekalipun Ia tidak berdosa dan sama sekali tidak ada perkataan-Nya yang salah. Tuhan Yesus sudah memberikan teladan untuk diikuti orang percaya: tekun menanggung penderitaan, tidak membalas, tidak mengancam, tetapi menyerahkan diri kepada Allah, Sang Hakim yang Mahaadil (ayat 19-25).
Views: 7